
Jadi Solusi di Masa Pandemi, Wisata Kemanusiaan Akan Dikembangkan
Moneter.id
–
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf/Baparekraf) akan mengembangkan wisata kemanusiaan di masa
pandemi yang diharapkan menjadi solusi sekaligus alternatif kegiatan berwisata
yang positif bagi wisatawan.
“Wisata kemanusiaan termasuk salah satu pilar yang
akan kita kembangkan ke depan, yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Ide ini
muncul ketika saya bersama dengan temen-temen Palang Merah Indonesia (PMI)
berniat untuk menyumbangkan donor plasma,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, saat menghadiri acara Bincang
Editor secara daring, Selasa (5/121).
Lanjut Sandiaga, selama pandemi PMI kedatangan banyak
masyarakat yang ingin menyumbangkan darah atau plasma, akan tetapi mereka cenderung
masih khawatir dengan keselamatan diri dan ingin memastikan terkait protokol
kesehatan. Di sisi lain banyak juga donatur yang ingin menyumbangkan peralatan
kesehatan seperti APD dan bantuan sosial lainnya.
“Oleh karena itu, alangkah baiknya kita ciptakan satu
paket wisata dengan melibatkan para pelaku travel untuk mengembangkan wisata kemanusiaan. Ini
merupakan varian atau produk wisata jenis baru dan juga termasuk perluasan dari
kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang terdampak COVID-19,” kata
Sandiaga.
Sejauh ini, destinasi prioritas untuk pengembangan
wisata kemanusiaan adalah Bali, karena Bali merupakan destinasi yang paling
banyak diminati wisatawan. Namun, hal ini masih dikoordinasikan dengan pihak
terkait untuk melihat potensi destinasi lainnya yang akan dipilih untuk
merealisasikan program wisata kemanusiaan.
“Ini merupakan sisi terbaik dan sangat luar biasa yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk membantu sesama,” kata Sandiaga.
Wisata kemanusiaan juga merupakan bagian dari wellness
tourism. Jadi, wisatawan tidak hanya berlibur menikmati keindahan alam saja,
melainkan berwisata dengan memperoleh pengalaman atau makna di suatu destinasi.
Selain itu, dengan wisata kemanusiaan ini wisatawan
juga diharapkan dapat menjaga kearifan lokal, mengikuti tradisi atau budaya di
tiap destinasi, serta memiliki aspek keberlanjutan.
“Ini merupakan salah satu paradigma yang baru. Selama
ini kita fokus pada quantity, yang
dilihat dari segi jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara. Namun, saat ini
fokusnya adalah quality, wisata yang
menghadirkan pengalaman penuh makna,” ujar Sandiaga.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo, menyampaikan esensi
dari pada program wisata kemanusiaan adalah gotong royong dan membantu sesama,
ini menunjukkan suatu gerakan atau semangat yang positif di tengah pandemi
COVID-19.
“Saya yakin sekali ini akan membantu kita melewati
pandemi, bersama-sama dengan lebih baik lagi,” ungkap Angela.
Angela juga mengatakan dalam esensi wisata kemanusiaan
atau travel for humanity adalah
berwisata sambil memberikan manfaat yang baik bagi sesama. “Di masa pandemi ini
sisi kemanusiaan kita dibangunkan. Kita juga melihat tren-tren saat ini. Kalau
berbicara tentang ekraf tentu tren socialpreneurship
juga berkembang. Jadi, saya kira dengan banyaknya anak muda saat ini yang
tergerak bekerja untuk memberikan impact
yang baik bagi masyarakat, ke depan harapannya banyak anak muda yang tergerak
berwisata sekaligus memberikan manfaat bagi sesama,” jelas Angela.
Angela menambahkan siapa saja yang ingin membantu
sesama bisa menjadi target dari program wisata kemanusiaan. Selain itu, wisata
kemanusiaan ini ini tidak hanya pada saat pandemi saja, namun hal ini bisa
terus dikembangkan kedepannya.
“Karena menurut saya program ini bukan sebuah program
yang berhenti ketika pandemi juga berhenti. Namun, ini adalah suatu program
atau gerakan yang bisa terus berlanjut, karena memberikan manfaat yang baik
untuk masyarakat luas,” kata Angela.