Moneter.co.id – Balai Riset dan Standardisasi Industri
Palembang (Baristand Industri Palembang/BIPA) sebagai salah satu Unit Pelayanan
Teknis di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian
Perindustrian (Kemenperin), fokus pada pengembangan bidang teknologi proses
produksi karet dan kopi olahan.
Pasalnya, wilayah Sumatera Selatan merupakan
potensi penghasil terbesar bagi dua komoditas tersebut, karet dan kopi. “Sudah
banyak hasil penelitian BIPA yang telah diterapkan oleh industri,” kata Kepala
BIPA Quri Siti Mirah sesuai keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (3/12).
Quri menyebutkan, beberapa hasil riset dari
BIPA, di antaranya karet otomotif, aspal berkaret, karet untuk bahan bangunan,
karet untuk alat kesehatan, dan ban vulkanisir. Prototipe produk-produk
tersebut mempunyai kualitas produk sesuai SNI dengan biaya produksi yang
bersaing.
“Selain itu, BIPA juga turut berupaya menaikkan
citra kopi Sumatera Selatan melalui program hilirisasi. Apalagi, sebagai
produsen kopi terbanyak di Indonesia,” ungkapnya. Kegiatan lain yang dilakukan
BIPA adalah sosialisasi SNI kopi.
Menurut Quri, dengan kian meningkatnya peran
standardisasi dalam industri, semakin tinggi pula permintaan layanan jasa
sertifikasi dan pengujian. “Untuk menjawab tingginya permintaan tersebut, BIPA
mengadakan business gathering beberapa
waktu lalu dalam rangka mempromosikan jasa layanan teknis BIPA,” tuturnya.
Sejak 37 tahun berdiri, layanan yang tersedia
di BIPA antara lain jasa sertifikasi produk, sertifikasi sistem manajemen mutu,
jasa pengujian dan pengawasan (laboratorium aneka komoditi, pencemaran,
mikorbiologi, dan kalibrasi), jasa rancang bangun atau perekayasaan mesin dan
peralatan industri, serta jasa pelatihan.
“Lembaga sertifikasi dan Laboratorium BIPA
semua telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN),” ucap Quri.
Bahkan, BIPA juga sudah melakukan kontrak
kerja sama dengan beberapa perusahaan, lembaga litbang lain, perguruan tinggi, maupun
pemerintah daerah lain. Langkah sinergi ini pun dalam rangka penumbuhan dan
pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) berbasis karet alam dan kopi
maupun pelaksanaan kegiatan litbang di bidang teknologi proses produksi.
“Misalnya kerja sama dengan perusahaan alat-alat kesehatan, solid tire, crumb
rubber,
Universitas Sriwijaya, Politeknik Jambi, Dinas
Perindustrian Perdagangan beberapa Kabupaten, Dinas Perkebunan beberapa
Kabupaten, Perguruan Tinggi Swasta yang lain dan
juga Lembaga Litbang Daerah maupun kementerian lainnya,” paparnya.
Sebelumnya, Kepala BPPI Ngakan Timur Antara
menyampaikan, pemerintah terus berupaya mendorong
kesiapan dalam penerapan teknologi di sektor industri. “Diperlukan upaya pelengkap
untuk memastikan bahwa lebih banyak orang dan perusahaan memiliki sarana dalam
mengakses dan menggunakan teknologi baru,” ujarnya.
Berdasarkan
The Global Competitiveness Report 2017-2018 yang dirilis World Economic Forum
(WEF), tingkat inovasi di Indonesia berada pada tangga ke-31. Namun, meski
indeks inovasi mampu menempati posisi cukup baik, kesiapterapan teknologi
masih berada di angka ke-80 dari 137 negara yang dinilai.
Ngakan menyebutkan, faktor yang mempengaruhi
terhadap tingkat kesiapterapan teknologi, antara lain ketersediaan teknologi
terbaru, penyerapan teknologi di perusahaan, dan transfer teknologi dari
investasi langsung pemodal asing.
Adapun
langkah strategis yang telah dilakukan Kemenperin guna menunjang kesiapterapan
teknologi di dalam negeri, di antaranya adalah mendorong pengembangan teknologi
informasi komunikasi dengan menjadikan industri elektronika dan telematika
sebagai sektor andalan nasional. (TOP)