Moneter.id – PT. Bank HSBC Indonesia bekerjasama dengan Putera
Sampoerna Foundation (PSF) melalui Sampoerna University (SU) kembali mengadakan
program edukasi Training for Trainers (ToT) bagi
para dosen di bidang keuangan dan perbankan. Sebanyak kurang lebih 60 dosen dari
berbagai daerah di Indonesia mendapatkan pelatihan lewat modul financial
keuangan yang up to date.
Modul ini juga merupakan modul
FinTech pertama yang pernah dibuat di Indonesia, yang berfokus pada tiga topik
mutakhir di bidang keuangan dan perbankan modern, yaitu microfinance,
wealth management dan Financial Technology.
Head of Corporate
Sustainability HSBC Indonesia, Nuni Sutyoko,
menjelaskan, perkembangan ilmu keuangan dan perbankan merupakan salah satu
fokus utama HSBC Indonesia, apalagi di tengah transformasi industri yang
demikian cepat.
“Kami melihat perlunya penguatan
edukasi bagi pengajar secara strategis, yang merupakan garda terdepan institusi
pendidikan tinggi dalam mencetak sumber daya manusia Indonesia,” ucap Nuni,
Senin (6/8).
Nuni menambahkan, melalui modul
pelatihan ini, HSBC Indonesia ingin berbagi pengalaman dan kapabilitas kami
sebagai praktisi industri, semoga dapat bermanfaat bagi para dosen keuangan dan
perbankan untuk mendidik para calon bankir profesional di daerahnya masing-masing.
Lebih lanjut, teknologi menjadi
salah satu faktor yang tengah menjadi sorotan di dalam dinamika bidang keuangan
dan perbankan modern.
Wahyoe Soedarmono, Project
Manager Program Kerja Sama HSBC-PSF menjelaskan, disrupsi teknologi
menghadirkan pemain-pemain baru di sektor keuangan dan perbankan seperti financial
technology (FinTech). Kondisi ini dapat menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi stabilitas sektor keuangan dan perbankan.
“Lewat pelatihan berbasis modul
yang up to date, kami berharap para dosen tetap mampu beradaptasi
dengan perkembangan pesat industri modern, sehingga dapat menciptakan efek
multiplier terhadap kemajuan dunia pendidikan keuangan dan perbankan
Indonesia,” tambah Wahyoe.
Ajisatria Suleiman, Direktur
Kebijakan Publik Asosiasi FinTech Indonesia mengatakan, kolaborasi
dengan berbagai pihak, termasuk perbankan, sangat dibutuhkan agar FinTech dapat
terus tumbuh.
“Perbankan memiliki basis data
nasabah serta ragam produk keuangan yang luas. Di sisi lain, FinTech dapat
menjadi kanal yang mempermudah nasabah dalam mengakses produk-produk keuangan,”
jelasnya.
Sementara, Hendrikus Passagi,
Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan FinTech Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) menjelaskan, revolusi ekonomi digital dan ekosistemnya termasuk FinTech
sedang berlangsung di seluruh dunia sebagai salah satu pondasi dalam memasuki
era industri 4.0 yang bercirikan transaksi langsung atau peer to peer.
“Perkembangan FinTech di
Indonesia juga terus mengalami perkembangan yang sangat cepat, dan lembaga
pendidikan tinggi, dalam hal ini universitas, diharapkan dapat memainkan peran
yang penting dalam mendorong sinergi FinTech dengan berbagai industri dalam
suatu ekosistem terbuka, antara lain seperti perbankan,” ujar Hendrikus.
(TOP)