Moneter.id – PT Indonesia
Asahan Aluminium (Inalum) berencana mengambil alih saham PT Vale Indonesia Tbk
sebesar 20% tahun depan.
Pjs Inalum,
Direktur Utama Ogi Prastomiyono menyatakan, perusahaannya telah menganggarkan
dana sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7 triliun untuk merealisasikan aksi
korporasi tersebut.
“Perusahaan
menargetkan pengambilalihan saham Vale selesai pada Juni 2020,” ujarnya
belum lama ini.
Menurutnya,
ada beberapa proses yang harus dilewati untuk memiliki saham Vale, termasuk
melalui perjanjian pokok-pokok kesepakatan (HoA). HoA antara Inalum dan Vale
telah ditandatangani pada 11 Oktober 2019 lalu.
Selanjutnya,
penandatanganan Sales & Purchase Agreement, serta off take agreement untuk pembelian dan penjualan jangka panjang.
Sebelumnya, mantan Direktur
Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin menyebut nilai valuasi saham Vale tidak
mencapai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21,17 triliun.
Dengan proyeksi
tersebut, Budi menyatakan pihaknya sanggup mengambil alih 20% saham divestasi
Vale Indonesia. “Melalui kepemilikan 20% saham Vale Indonesia dan 65% saham
Antam, Inalum memiliki akses terhadap salah satu cadangan dan sumber daya nikel
terbesar dan terbaik di dunia,” ucapnya.
“Ke
depan, akses ini akan strategis mengamankan pasokan bahan baku industri hilir
berbasis nikel, baik stainless steel hingga baterai kendaraan listrik,”
kata Budi.
Divestasi 20% saham Vale
Indonesia merupakan kewajiban dari amandemen kontrak (KK) pada 2014 antara Vale
Indonesia dan pemerintah yang harus dilakukan setelah amandemen tersebut.
KK PTVI
berakhir pada 2025 dan dapat diperpanjang menjadi Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK) sesuai peraturan perundang-undangan. Saat ini, pemegang saham
Vale Indonesia terdiri dari VCL sebesar 58,73%, SMM sebesar 20,09%, dan publik
sebesar 20,49%.
Sementara, Inalum
menargetkan laba bersih Rp2,1 triliun pada 2020. Namun perseroan belum
menentukan target pendapatan untuk tahun depan. Perseroan mengungkapkan,
kontribusi paling besar akan didapatkan dari PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan
PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Ogi
mengatakan khusus untuk PTBA, induk usaha tambang pemerintah itu menargetkan
Rp4 triliun.
”PTBA
kemungkinan akan meraih laba bersih Rp4 triliun. Tetapi secara konsolidasi dari
semua anak usaha kami akan mendapatkan Rp2,1 triliun,” ungkapnya.