Moneter.id – Jakarta
– Pada semester I /2023, PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan laba yang
diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,41 triliun. Capaian ini
turun jika dibandingkan sebesar Rp1,43 triliun pada periode yang sama tahun 2022.
“Pendapatan bunga dan syariah bersih sebesar Rp4,73
triliun atau meningkat dari sebelumnya sebesar Rp4,11 triliun pada periode yang
sama tahun 2022,” tulis perseroan di Jakarta, Kamis (4/8/2023).
Berdasarkan segmen, pendapatan bunga dan syariah bersih
perseroan dikontribusikan dari segmen perbankan konsumer sebesar Rp148,42
miliar, segmen perbankan wholesale sebesar Rp2,13 triliun, pendapatan treasury
sebesar Rp2,41 triliun, serta pendapatan lain- lain sebesar Rp36, 83 miliar.
Dari rasio keuangan, Capital Adequacy Ratio (CAR)
perseroan menguat dari 32,96 persen pada semester I 2022 menjadi 38,96 persen
pada akhir semester I 2023.
Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL)
perseroan membaik, dengan NPL gross tercatat 2,89 persen dari 3,11 persen,
sedangkan NPL net dari 0,48 persen menjadi 0,32 persen pada semester I-2023.
Adapun, rasio margin bunga bersih atau Net Interest
Margin (NIM) tercatat sebesar 4,47 persen, atau lebih tinggi dibandingkan
sebesar 4,02 persen pada periode yang sama tahun 2022.
Dari sisi intermediasi, perseroan telah menyalurkan
pinjaman mencapai Rp137,39 triliun pada semester I 2023, yang terdiri dari
kredit senilai Rp117 triliun dan pembiayaan syariah senilai Rp20,39 triliun.
Pada sisi pendanaan, perseroan mencatatkan total simpanan
nasabah Rp185,4 triliun, atau naik 8 persen (yoy), yang disebabkan oleh
simpanan dana murah atau Current Accounts Savings Accounts (CASA) yang naik 4
persen (yoy) menjadi Rp104,6 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
Rp100,8 triliun, dengan kontribusi pertumbuhan giro sebesar 5 persen dan
tabungan sebesar 2 persen.
Kemudian, total
liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp212,79 triliun, dan total ekuitas
tercatat sebesar Rp38,61 triliun, sehingga, total aset perseroan mencapai
sebesar Rp251,41 triliun pada paruh pertama 2023.