Sabtu, Oktober 4, 2025

BPPI: Industry 4.0 Hasilkan Peluang Pekerjaan Baru

Must Read

Moneter.co.id – Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan
Timur Antara menyatakan penerapan sistem Industry
4.0 dinilai dapat menghasilkan peluang pekerjaan baru yang lebih
spesifik, terutama
yang membutuhkan kompetensi tinggi.

“Untuk itu, dibutuhkan transformasi keterampilan bagi
sumber daya manusia (SDM) industri di Indonesia yang mengarah kepada bidang
teknologi informasi
,” kata Ngakan mewakili
Menteri Perindustrian pada kuliah umum mahasiswa dan dosen Departemen Teknik
Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta,
Selasa (20/2).

“Studi
yang dilakukan terhadap industri yang ada di Jerman menunjukkan bahwa
permintaan tenaga kerja akan meningkat secara signifikan hingga 96%,
khususnya di bagian R&D dan pengembangan software,” ungkap Ngakan.

Ia menambahkan bawa terjadi shifting pekerjaan karena
penerapan Industry 4.0. “Pekerjaan nanti tidak hanya di manufaktur saja, akan
berkembang ke supply chain, logistik,
R&D. Selain itu, yang di sektor manufaktur juga perlu rescaling atau up-scaling untuk memenuhi kebutuhan,” ujarnya.

“Bahkan, ada
beberapa potensi keuntungan yang dihasilkan sebagai dampak penerapan konsep Industry 4.0,” ujarnya.

Keuntungan tersebut, kata Ngakan, antara lain mampu menciptakan efisiensi yang
tinggi, mengurangi waktu dan biaya produksi, meminimalkan kesalahan kerja, dan
peningkatan akurasi dan kualitas produk.

Agar menjamin keberlangsungan sistem Industry 4.0 berjalan secara
optimal, Ngakan menyebutkan, ada
beberapa prasyarat yang harus dipenuhi oleh industri.

“Prasyarat itu di adalah ketersediaan sumber daya
listrik yang melimpah, murah, dan kontinyu, serta ketersediaan infrastruktur
jaringan internet dengan bandwidth yang cukup besar dan jangkauan luas (wide
coverage
),” ucap Ngakan.

Selanjutnya, ketersediaan data
center 
dengan kapasitas penyimpanan yang cukup banyak,
aman dan terjangkau,ketersediaan infrastruktur logistik modern, dan
kebijakan ketenagakerjaan yang mendukung kebutuhan industri sesuai dengan
karakter Industry 4.0.

“Tahun 2018
ini kami akan melakukan sosialisasi besar-besaran untuk industry 4.0,”
jelasnya. Kemenperin pun telah membuat program pendidikan vokasi yang mengusung
konsep link and matchantara industri dan SMK. “Kami juga punya
beberapa balai diklat yang bisa dipakai oleh industri untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerjanya,” lanjut Ngakan.

Sebelumnya, Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, implementasi Industry 4.0 mampu
meningkatkan produktivitas, penyerapan tenaga kerja, dan perluasan pasar bagi
industri nasional. Namun, peluang yang ditimbulkan era tersebut perlu
membutuhkan keselarasan antara perkembangan teknologi terkini dengan kompetensi
SDM yang tinggi.

“Revolusi Industry 4.0 merupakan upaya transfomasi
menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di
industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai
penopang utama,” jelasnya.

Oleh karena itu, ada tiga hal yang mutlak dipelajari dan
dikuasai oleh SDM industri Indonesia agar dapat bersaing di era Industry 4.0,
yakni Bahasa Inggris, Statistik, dan Koding. “Ini bisa dipelajari dalam enam
bulan. Kami yakin, Indonesia siap menjadi solusi dalam Industry 4.0 dan digital
ekonomi,” tegasnya.

Menurut Menperin, era revolusi industri keempat tidak
bisa lagi dihindari karena saat ini sudah berjalan. Untuk itu, pihaknya membuat
roadmap Industry 4.0 dan terus melakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholders agar siap menghadapi dan
memanfaatkan kesempatan tersebut. “Kami juga sedang mempelajari dari
negara-negara lain yang telah menerapkannya, sehingga bisa kita kembangkan
Industry 4.0 dengan kebijakan berbasis kepentingan industri dalam negeri,”
ujarnya.

Istilah Industry 4.0 ini pertama kali muncul di Jerman
pada tahun 2011. Pada pertemuan World Economic Forum 2015. “Revolusi? industri
keempat merupakan sistem yang mengintegrasikan dunia online dengan produksi industry,”
kata Kanselir Jerman Angela Merkel.

Beberapa
negara yang memiliki program-program untuk mendukung industrinya menuju
Industry 4.0, antara lain yaituJerman, Inggris, Amerika Serikat, Tiongkok,
India, Jepang, dan Korea Selatan. Di lingkup ASEAN,
negara Thailand dan Vietnam juga sudah membuat roadmap Industry
4.0.

Negara
lain saat ini ada di tahap awal juga walaupun kesiapan masing-masing negara punya
perbedaan, sehingga kita belum tertinggal jauh,” jelas Ngakan.

Saat ini, Kemenperin tengah memprioritaskan pengembangan
lima sektor industri nasional yang akan menjadi percontohan dalam implementasi
sistem Industry 4.0, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian
jadi, otomotif, elektronik, dan kimia.

“Di mana kelima sektor tersebut diprediksi pada tahun
2030 akan berkontribusi sebesar 70% dari total PDB manufaktur, 60% untuk ekspor
manufaktur dan 65% peningkatan pada jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur,”
katanya.

 

(TOP)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

GIIAS Hadirkan Informasi dan Inovasi Otomotif Terbaru Bagi Pelajar dan Mahasiswa Lewat Education Day

Rangkaian pameran otomotif GIIAS Bandung 2025 yang resmi dibuka pada 01 Oktober hingga 05 Oktober 2025 di Sudirman Grand...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img