Moneter.id – Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan investasi di sektor industri
manufaktur, terutama yang menjadi prioritas dalam Making Indonesia 4.0. Adapun
dua negara yang dianggap potensial untuk ditarik modalnya ke Tanah Air, yakni
Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
“Potensi
investasi yang begitu besar dari Jepang dan Korsel harus dikawal, sehingga
mereka nyaman dan ini harus dilakukan dengan cepat, karena kecepatan ini yang
diinginkan Bapak Presiden Joko Widodo,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus
Gumiwang Kartasasmita saat melakukan kunjungan kerja di Tokyo, Jepang, Senin
(18/11).
Menperin
menuturkan, peluang investasi yang dibidik dalam kunjungan kerjanya ke Jepang
dan Korsel adalah industri otomotif, baja, dan kimia. Oleh karena itu, dalam
lawatannya, Menperin diagendakan untuk melakukan one on one meeting dengan
sejumlah jajaran direksi dari perusahaan-perusahaan ternama kedua negara tersebut.
“Kunjungan
ini khusus untuk bertemu dengan industri,” jelasnya.
Menurut
Agus, ini sekaligus
menjadi momen memperkenalkan diri sebagai Menteri Perindustrian yang baru,
serta mendengar langsung aspirasi dari pelaku industri global, sehingga bisa
menjadi salah satu masukan dalam merumuskan arah kebijakan pemintah guna mendorong
pengembangan industri di Tanah Air.
“Dalam
hal ini kami bantu, dan memberikan asistensi agar industri nyaman ketika membawa
investasinya masuk,” ujarnya.
“Kami
coba bicara dengan beberapa prinsipal untuk melakukan pengembangan jenis produk
baru. Misalnya, di Korsel ada perusahaan besar,
nomor tiga di Korsel, tapi belum punya kegiatan produksi di Indonesia. Ini yang
akan kami dorong,” jelasnya.
Komitmen
investasi yang dikawal dari lawatan ke Jepang dan Korea Selatan ini
diperkirakan mencapai lebih dari USD5 miliar. Angka itu di antaranya berasal
dari rencana investasi Lotte Chemical sebesar USD3,5 miliar untuk membangun
pabrik baru petrokimia di Cilegon, Banten.
Selain
itu, sekitar USD200 juta dari
Nippon Shokubai yang berniat membangun pabrik baru dan perluasan pabrik acrylic
acid. “Untuk
rencana investasi ini masih ada hal yang perlu diselesaikan. Kami optimistis
dengan kunjungan ini, hal-hal yang masih menjadi isu bisa kita selesaikan,”
jelas Menperin.
Seperti diketahui, Nippon
Shokubai di bawah bendera Nippon Shokubai Indonesia telah menanamkan investasi di Tanah Air, dengan mengucurkan
modal hingga USD120 juta pada Agustus 1996.
Perusahaan
ini berencana melakukan ekspansi
kapasitas pabrik menjadi 240 ribu metrik ton per tahun dari saat ini 140 ribu
metrik ton per tahun.
“Nippon
Shokubai ini kita harapkan dapat melakukan pengembangan produk turunan dari acrylic
acid. Setelah 2021, ketika mereka commercial operation, kapasitasnya
tentu akan bertambah,” kata Menperin.
Agus
menambahkan, Kemenperin tidak hanya mendorong untuk menghasilkan produk kimia hulu, namun juga investasi
tersebut bisa menciptakan produk kimia hilir. “Mereka hampir memproduksi 10
persen dari total kebutuhan produk acrylic acid di dunia, sehingga yang
mau kami dorong adalah juga produk hilirnya,” sebutnya.
Untuk
industri baja, direncakan Menperin akan bertemu dengan Nippon Steel
Corporation. Hal tersebut, sekaligus dalam upaya mencari solusi untuk
peningkatan daya saing industri baja tanah air, sehingga tidak menjadi salah
satu penyumbang deficit neraca perdagangan Indonesia.
“Upaya mengendalikan defisit itu harus kita
cari. Di Indonesia, Nippon Steel punya kerja sama dengan Krakatau Steel, proyek
investasinya senilai USD142 juta. Misi kami agar Krakatau Nippon Steel Sumikin
(KNSS) bisa meningkatkan porsi CRC (cold rolled coil) lokal untuk
mencapai nilai TKDN produk otomotif,” paparnya.