Moneter.id –
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki aset mencapai Rp1,58 kuardriliun
atau meningkat sebanyak Rp275 trilun dibandingkan lima tahun lalu yang hanya
sebesar Rp1,31 kuardriliun.
“Keuntungan PLN tercermin dalam laporan keuangan dengan
kinerja yang terjaga baik,” kata Direktur Eksekutif Institute for Essensial
Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa akhir pekan lalu.
“PLN ini laporan keuangannya diaudit BPK dan juga
diperhatikan oleh investor internasional jadi tidak boleh main-main,” kata
Fabby lagi.
Jumlah aset yang melimpah itu menempatkan PLN berada
pada posisi puncak dengan aset paling besar di BUMN, mengalahkan empat bank
pelat merah maupun Pertamina.
BRI dan Bank Mandiri punya aset masing-masing Rp1,38
kuardriliun dan Rp1 kuardriliun. Sementara Pertamina Rp984triliun. Adapun aset
BNI dan BTN masing-masing bernilai Rp709 triliun dan Rp297 triliun.
Sepanjang 2020, PLN membukukan keuntungan mencapai Rp6
triliun yang diperoleh dari efisiensi operasional.
Berdasarkan angka audit subsidi Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), perseroan mampu menekan biaya operasi sebanyak Rp32 triliun.
Fabby tak menampik utang perseroan yang terus
bertambah dalam beberapa tahun terakhir di tengah melonjaknya jumlah aset
perseroan dengan modal yang masih bergerak positif.
“PLN mampu membayar kewajiban utang jangka
pendek, tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan
utang yang lebih baik,” ujar Fabby.
Pada 2020, jumlah ekuitas PLN tercatat mencapai Rp940
triliun dengan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 499 triliun dan liabilitas
jangka pendek Rp150 triliun.
Sepanjang lima tahun terakhir, perseroan hanya
menerima penyertaan modal negara sebesar Rp40 triliun dan telah membayar pajak
serta dividen sebanyak Rp186 triliun kepada pemerintah maupun pemilik saham.