Moneter.id – Direktur
Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian
Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (8/7) menyatakan sektor industri kecil dan
menengah (IKM) telah menyerap tenaga kerja sebanyak 11,68 juta orang atau sebesar
60 persen dari total pekerja di sektor industri.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi
investasi di sektor
industri manufaktur pada tahun 2014 sebesar Rp199,1 triliun, naik menjadi
Rp222,3 triliun di tahun 2018. Serapan tenaga kerja di sektor industri juga ikut
meningkat, yakni dari 15,53 juta orang pada tahun 2015 menjadi 17,9 juta orang
di tahun 2018 atau naik 17,4 persen.
Peningkatan
investasi tersebut, di sektor industri kecil mengalami
penambahan, dari tahun 2014 sebanyak 3,52 juta unit usaha menjadi
4,49 juta unit usaha di tahun 2017. Artinya, tumbuh hingga 970 ribu industri
kecil selama empat tahun tersebut.
Gati
mengemukakan, IKM merupakan sektor mayoritas atau yang mendominasi dari jumlah
populasi industri manufaktur di Indonesia. Kontribusinya hingga 99 persen dari
semua unit bisnis di sektor industri.
“Dengan
kontribusi tersebut, IKM memiliki peran cukup dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, stabilitas sosial, dan pengembangan sektor swasta yang dinamis,”
ungkapnya.
Apalagi,
lanjut Gati, IKM dinilai sebagai sektor yang tangguh dalam menjalankan usahanya
di tengah kondisi perekonomian global yang kurang stabil.
Sepanjang
tahun 2018, sebanyak 111 IKM telah memanfaatkan program restrukturisasi mesin
dan peralatan, dengan total nilai investasi mencapai Rp77,2 miliar dan nilai
potongan (reimburse) sebesar Rp11,78
miliar. Dari 111 IKM yang mendapatkan fasilitas peremajaan mesin dan peralatan
tersebut, sekitar 34 IKM berasal dari wilayah Indonesia bagian timur.
Sementara
itu, guna mendorong pelaku IKM nasional mampu menembus pasar ekspor di tengah
era digital atau maraknya perdagangan elektronik (e-commerce), Kemenperin memfasilitasi melalui e-Smart IKM.
Gati
menargetkan sebanyak 10.000 pelaku IKM dari berbagai sektor dapat masuk ke
pasar online melalui e-Smart IKM selama periode tahun 2017-2019. Mereka terdiri
atas sektor industri makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen,
herbal, kosmetik, serta industri kreatif.
“Hingga
saat ini, animo peserta cukup tinggi, dengan jumlah peserta yang mengikuti workshop e-Smart IKM telah mencapai
sekitar 9.000 pelaku usaha,” ungkapnya.
Total
nilai transaksi e-commerce dari
seluruh IKM tersebut, tercatat mencapai Rp2,3 miliar. Dari jumlah ini, sebanyak
31,87
persen di antaranya atau sekitar Rp755 juta
berasal dari sektor
industri makanan dan minuman.