MONETER - Penyelenggaraan
pemilihan umum (pemilu) serentak tahun 2024 diyakini akan berdampak positif
kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Demikian disampaikan Kepala
ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual belum lama ini.
David memprediksi gelaran
pemilu akan berkontribusi sebesar 0,15 persen hingga 0,25 persen pertumbuhan
ekonomi 2024. Namun, angka itu bisa jadi meningkat tiga kali lipat lantaran
Pemilu 2024 akan dilaksanakan sebanyak tiga kali, yakni pemilihan presiden,
kepala daerah, dan legislatif.
“Jadi, baru kali ini daya
dorong dari sisi kegiatan politik cukup besar. Sebelumnya, kita belum pernah
mengalami pemilu sampai tiga kali,” ujar David.
Selain itu, pemilu juga akan
memberikan dampak turunan keuangan atau money
multiplier effect yang cukup kuat. Hal itu disebabkan aspek konsumsi
akan mengalami pertumbuhan yang kuat dan berkontribusi cukup besar terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Ia juga memperkirakan sektor
bisnis yang akan mengalami pertumbuhan yang cukup kuat pada momen pemilu
mendatang di antaranya adalah pakaian, makanan dan minuman, logistik, serta
transportasi.
"Perputaran uang akan
tersebar di kalangan masyarakat lantaran kampanye dan pemilu berlangsung di
banyak wilayah. Di sisi lain, meski banyak pendapat yang menduga pertumbuhan investasi
akan melambat akibat Pemilu, namun ia cukup optimistis terhadap kinerja
investasi," ujarnya.
David meyakini pertumbuhan
investasi pada tahun politik mendatang tetap kondusif, sebab ia tak melihat
sentimen negatif pada kinerja investasi. Terlebih, kinerja nilai tukar rupiah
saat ini juga terbilang positif.
Ia menambahkan pemerintah bisa menjadikan stabilitas
ekonomi untuk menarik minat investor selama periode tahun politik. Pasalnya,
Indonesia memiliki stabilitas politik yang cukup terjaga dalam penyelenggaraan
Pemilu selama 20 tahun terakhir.
“Tak seperti negara lain
yang setelah pemilu suka terjadi perang. Kalau kita bergabung, bersinergi, ini
bisa berkontribusi positif pada ekonomi kita,” ujar David.