MONETER – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membukukan laba Rp 3,8 miliar di semester I/2022. Capaian itu merupakan hasil cancellation of a debt dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang salah satu penyebabnya karena utang perseroan turun dari Rp10 miliar menjadi Rp5 miliar.
Kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Irfan
Setiaputra, homologasi PKPU juga akan menurunkan jumlah pesawat baik jenis wide body maupun narrow body yang
dioperasikan oleh Garuda dari 136 menjadi 81 dan pesawat Citilink dari 60
menjadi 58.
“Jadi selama PKPU itu, selain kita potong masa lalu kita,
utang yang tidak kita bayar, kita juga menegosiasikan biaya ke depan untuk
memastikan perusahaan punya kemampuan menghasilkan keuntungan,” ucapnya, Senin
(26/9/2022).
Jelasnya, nantinya Garuda Indonesia tidak akan
melayani penumpang untuk rute penerbangan yang tidak menguntungkan.
Pada 2019, Garuda Indonesia melayani 172 rute
penerbangan yang akan diperkecil menjadi sekitar 70 rute nantinya yang akan
dimonitor satu per satu.
“Kami mohon maaf akhirnya mungkin Garuda tidak akan
melayani rute yang menjadi konstituen, tapi kita upayakan akan dilayani
Citilink yang penurunan rutenya tidak signifikan dari 116 menjadi 99 dan
menangani beberapa rute yang sebelumnya ditangani Garuda seperti Gunung
Sitoli,” katanya.
Sebelumnya, pemerintah mengusulkan kepada DPR RI untuk
menyetujui pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun untuk
Garuda Indonesia.
Selain itu, perseroan juga menyampaikan bakal
mengonversikan sepertiga utang ke perusahaan leasing pesawat (lessor) pasca PKPU senilai Rp4,9 triliun menjadi
saham. Konversi utang ini akan dilakukan bersamaan dengan rencana rights issue.
Sementara, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko
Garuda Indonesia, Prasetyo, mengatakan perseroan akan mengonversi utang lessor
dan sejumlah debitur menjadi saham bersamaan dengan rencana rights issue serta suntikan penyertaan
modal negara (PMN).
"Konversi utang kreditur menjadi saham termasuk
Rp1 triliun OWK pemerintah dan eks lessor
yang ditawarkan sepertiga dari pada total kewajiban menjadi permodalan, dan 2/3
dari recovery 19-20% tetap menjadi new bond selama 9 tahun," jelasnya.
Jelasnya, konversi akan dilaksanakan dengan beberapa
skema harga pelaksanaan, sesuai dengan besaran harga saham per lembar yang
dilaksanakan dalam rights issue.
Dengan harga pelaksanaan yang berbeda, jumlah saham
yang diterima kreditur juga berbeda. Dalam skema yang disiapkan, GIAA
menyiapkan skema harga pelaksanaan rights
issue dan konversi saham sebesar Rp50 per saham. Dengan begitu, jumlah
saham baru yang diterbitkan bagi para kreditur sebanyak 97,98 miliar saham.