Selasa, September 30, 2025

Gubernur Bank Indonesia Proyeksikan PDB Indonesia Ada di Kisaran 5,6% di Tahun 2025

Must Read

Moneter.id – Jakarta – Gubernur Bank Indonesia
(BI) Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi atau produk domestik
bruto (PDB) Indonesia berada di kisaran 4,8 – 5,6 persen pada tahun 2025.

Demikian
disampaikan Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI tentang pembahasan
asumsi dasar dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (??????RAPBN) Tahun Anggaran 2025, Rabu (5/6/2024).

“Untuk
asumsi makro 2025, BI juga memandang rata-rata nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS berada di rentang Rp15.300 sampai dengan Rp15.700 per dolar AS.
Sedangkan inflasi nasional pada 2025 diperkirakan berkisar antara 1,5-3,5
persen,” ucap Perry di Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Menurutnya,
asumsi makro 2025 tersebut didasarkan dengan mempertimbangkan lima risiko utama
yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional, nilai tukar rupiah dan
inflasi dalam negeri.

Lima risiko
tersebut adalah pertumbuhan ekonomi global yang melambat, harga komoditas yang
bergejolak, suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate (FFR)
yang bertahan di level tinggi untuk waktu yang lama (higher for longer),
dolar AS yang masih kuat, serta inflasi global yang turun sangat lambat.

Sementara
untuk 2024, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 persen hingga
5,5 persen, nilai tukar rupiah berada di rentang Rp15.700 sampai dengan
Rp16.100 per dolar AS, serta inflasi domestik berkisar 1,5 persen hingga 3,5
persen.

Lebih
lanjut, Perry menuturkan pertumbuhan ekonomi global tidak hanya stagnan namun
juga melambat. Negara-negara mitra dagang utama Indonesia mengalami pertumbuhan
ekonomi yang melambat, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Kondisi
pertumbuhan ekonomi global ini tentu saja akan berpengaruh sumber-sumber
pertumbuhan dari ekspor yang memerlukan suatu kerja keras supaya bisa menjadi
pendukung pertumbuhan,” tuturnya.

Di sisi
lain, harga komoditas juga berdampak pada inflasi global yang menurun dengan
sangat lambat. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada upaya dalam
mengendalikan inflasi di dalam negeri baik berkaitan dengan harga minyak maupun
juga harga pangan.

Sementara BI
memperkirakan FFR akan turun pada akhir 2024 sekitar 25 basis poin (bps), dan
sekitar 52 bps pada semester pertama di tahun 2025. 
Dolar AS
juga masih kuat sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar mata uang di
seluruh dunia termasuk rupiah.

Selain itu,
risiko geopolitik global juga tinggi sehingga perlu menjaga arus modal untuk
terus masuk ke dalam negeri dalam rangka menjaga stabilitas.

“Ini
tentu saja lima hal yang berpengaruh kepada tiga asumsi makro yang kami
sampaikan yaitu pertumbuhan ekonomi, nilai tukar dan inflasi,” ujarnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

Lepas Ekspor Produk Olahan Susu dari Cikarang, Mendag Busan : Ini Bukti Daya Saing Produk Mamin Indonesia

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso melepas ekspor empat kontainer susu bubuk dan susu kental manis produksi PT Frisian Flag...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img