Moneter.id – Anggota World Bank Group,
International Finance Corporation (IFC) mengumumkan pemberian pinjaman sebesar Rp
2,75 triliun yang merupakan bagian dari Program Pembiayaan Berkelanjutan atau Sustainability Bond Program Bank OCBC
NISP yang terdiri dari green bond dan gender
bond.
“Dana yang diperoleh
dari gender bond akan
memungkinkan Bank untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada pengusaha wanita
dan UKM milik wanita atau women-owned small
and medium enterprises
(WSMEs),” tulis keterangan resmi IFC di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Dijelaskan, green bond akan mendukung Bank OCBC NISP untuk
meningkatkan penyaluran pembiayaan berwawasan lingkungan, terutama untuk
pengembangan proyek-proyek hijau dan pembiayaan properti hijau.
Kerjasama ini merupakan yang pertama kali
dilakukan di Indonesia, dan kedua di Asia-Pacific, setelah penerbitan obligasi gender Bank Ayudhya pada tahun 2019 di
Thailand, yang juga didukung oleh IFC.
Green bond Bank OCBC NISP kali ini merupakan kelanjutan dari kesuksesan green
bond pertama
di tahun 2018 yang telah disalurkan seluruhnya. Green
bond pertama
tersebut juga sepenuhnya didukung oleh IFC.
UKM milik wanita
memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, dengan kepemilikan wanita
yang mencapai 34% pada usaha menengah dan 50% untuk usaha kecil.
Namun, menurut kajian
IFC mengenai Studi Kesenjangan Pembiayaan UMKM (IFC’s MSME Financing Gap Study, 2017), kekurangan pembiayaan UKM
milik wanita di Indonesia mencapai US$ 60 miliar.
Sekitar 40% UKM milik
wanita di Indonesia mengalami keterbatasan pembiayaan dan 17%
perusahaan-perusahaan yang dimiliki wanita memandang pembiayaan sebagai
hambatan utama pertumbuhan.
Kata Hans Peter Lankes, Vice
President, Economics and Private Sector Development, IFC, pinjaman
yang diberikan IFC dalam mendukung Program Pembiayaan Berkelanjutan Bank OCBC
NISP, mempunyai tujuan untuk memberdayakan pengusaha-pengusaha wanita dan UKM
milik wanita dan juga untuk mendorong proyek-proyek hijau/berwawasan
lingkungan.
“Hal ini menunjukkan
komitmen IFC untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,”
ujarnya.
Sebagai negara kepulauan
yang dalam beberapa dekade telah mengalami pertumbuhan padat karbon yang
tinggi, Indonesia menjadi rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Oleh karena itu,
pembiayaan hijau/berwawasan lingkungan sangat penting bagi Indonesia dalam
mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca yaitu 29% pada tahun 2030.
Dalam hal ini, IFC memperkirakan bahwa potensi pembiayaan hijau/berwawasan lingkungan
di Indonesia dapat mencapai US$ 274 miliar dari tahun 2016 hingga 2030.
Gender bond ini didukung oleh program Women Entrepreneurs Finance Initiative
(We-Fi) dan sejalan dengan tujuan pembangunan Pemerintah Indonesia untuk
mengurangi kesenjangan gender.