Moneter.id
–
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan laba bersih US$ 146,92 juta di tahun
2020 lalu. Laba ini turun 63,86% dibanding pencapaian di akhir tahun sebelumnya
yang sebesar US$ 404,19 juta.
“Sehingga laba bersih diatribusikan kepada pemilik
induk turun menjadi US$ 0,00459 per saham bila dibandingkan akhir tahun 2019
yang tercatat sebesar US$ 0,01264 per saham,” tulis perseroan dalam siaran
persnya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Selain penurunan laba bersih, pendapatan usaha emiten
pertambangan batu bara ini juga terkoreksi 27% menjadi US$ 2,535 miliar
dibandingkan tahun 2019. Hal itu disebabkan penurunan 18% pada harga jual
rata-rata (ASP) dan penurunan 9% pada volume penjualan.
Terlebih, perseroan mencatatkan penurunan 6% pada
volume produksi menjadi sebesar 54,53 juta ton atau sedikit lebih tinggi
daripada panduan tahun 2020 yang telah direvisi menjadi 52-54 juta ton.
Sementara itu, beban pokok pendapatan pada tahun 2020
tercatat turun 21% secara tahunan menjadi US$ 1,958 miliar. Hal ini disebabkan
penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar. Nisbah kupas tahun ini
mencapai 3,84x, di bawah panduan yang ditetapkan sebesar 4,3x, karena kondisi
cuaca yang tidak mendukung di hampir sepanjang 2020.
Kata Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir, hasil
kinerja itu merefleksikan daya tahan model bisnis yang terintegrasi, berkat
fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh lini bisnis.
”Walaupun harus menghadapi banyak tantangan, dari
pandemi global sampai cuaca yang tidak mendukung, kami mampu memenuhi panduan
produksi batu bara dan EBITDA operasional yang telah direvisi,” tungkasnya.