Moneter.co.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri kecil dan
menengah (IKM) sektor logam berperan dalam rantai pasok manufaktur di Tanah Air.
Upaya ini
dilakukan agar terjalin kerja sama
yang saling menguntungkan antara IKM dengan
industri besar sehingga keduanya semakin
berdaya saing, memiliki
akses pasar yang luas, dan strukturnya lebih dalam.
“Penguatan
peran IKM logam terhadap supply chain di dalam
struktur industri nasional,
kami
telah lakukan melalui fasilitasi
kemitraan IKM dan industri besar,” kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih pada
Seminar Nasional Industri Logam dalam rangka Sewindu Unit Pelayanan
Teknis (UPT) Logam di Yogyakarta, Jumat (8/12).
Kemenperin mencatat, industri logam baik skala besar maupun IKM
menunjukkan kinerja positif dan berkontribusi besar terhadap perekonomian
nasional.
Pada
triwulan III tahun 2017, cabang industri pengolahan
non-migas yang
mengalami pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri logam dasar sebesar 10,60 persen.
“Sementara itu, IKM logam
memberikan
nilai tambah sebesar Rp34 triliun dengan jumlah
mencapai 145 ribu unit
usaha dan menyerap tenaga kerja sebnyak 400 ribu orang pada tahun
2015,” ungkap Gati.
Menurutnya, beberapa IKM logam dalam negeri menjadi pemasok komponen
bagi industri besar seperti produsen otomotif dan elektronika.
Dalam program
kemitraan,
upaya yang telah
dilaksanakan Ditjen IKM Kemenperin, antara lain kerja sama PT. INKA dan PT. KAI
dengan Koperasi Batur Jaya yang menaungi IKM Logam Ceper, Jawa tengah untuk menyalurkan komponen
kereta api.
Selain
itu, dilakukan MoU
pemenuhan kebutuhan bahan baku pembuatan alat perkakas pertanian seperti
cangkul, sekop, mata garu, egrek dan dodos yang melibatkan PT. Krakatau Steel, PT. Boma
Bisma Indra, PT. Sarinah dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia.
Sementara itu, perkembangan
IKM logam di Kota Yogyakarta juga terus digenjot pertumbuhannya. Untuk terus
men-support IKM dalam pengadaan alat produksi dan inovasi produksi,
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Pertanian Kota Yogyakarta mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam pada
tahun 2007. Saat ini UPT Logam kota Yogyakarta telah membina 67 IKM alumunium.
Pemerintah
Kota Yogyakarta memberikan investasi sebesar Rp6,5 milliar kepada UPT Logam
kota Yogyakarta berupa Belanja Modal Pengadaan Mesin Injeksi Aluminium. Setelah
Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan
investasi, retribusi UPT
Logam Kota Yogyakarta mampu membukukan pendapatan yang terus meningkat.
Pada
2016, retribusi
pembuatan molding dan sebagainya bisa mencapai total Rp287 juta. Jumlah ini
melonjak ke angka Rp 431 juta pada tahun 2017. UPT Logam Kota Yogyakarta terus
meningkatkan berbagai pelayanan dan telah menetapkan kompetensi intinya sebagai
Pembuat Cetakan (Mold Maker) yang
profesional.
Selain
itu, dalam tugasnya memfasilitasi IKM dalam pembuatan stamp, sparepart mesin, pembuatan aksesoris dan modifikasi,
rekayasa mesin dan uji kompetensi bahan. (TOP)