Moneter.co.id – Kementerian Perindustrian mendukung para pelaku IKM untuk berpartisipasi
dalam ajang pameran kelas dunia bertajuk “Indonesia Batik For The World” di
UNESCO Headquarters, Paris, Perancis. Keikutsertaan ini juga diharapkan dapat mempromosikan
dan memperluas pasar ekspor kain wastra Nusantara terutama ke negara-negara di
Eropa.
“Melalui pameran ini, kami berupaya melestarikan batik sebagai warisan
bangsa yang telah diakui oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009 sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity,” kata Dirjen IKM Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin
(28/5).
Dalam
rangkaian acara di pameran tersebut, akan dilaksanakan lokakarya mengenai ragam
kain batik dan sejarahnya, proses pembuatan kain batik, serta perkembangan
industri batik di Indonesia. Selain itu rencananya juga diisi dengan peragaan
busana dan pertunjukan seni daerah.
Gati
menjelaskan, pameran yang dijadwalkan berlangsung pada tanggal 6-12 Juni 2018
tersebut, bakal dihadiri sebayak 5000 pengunjung dari berbagai negara.
“Jadi,
kami akan memperlihatkan kepada dunia terhadap kualitas batik kita yang punya
daya saing tinggi. Saat ini, Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia,” ungkapnya.
Kemenperin
mencatat, nilai ekspor batik dan produk batik nasional mencapai USD58,46 juta pada tahun 2017 dengan
tujuan pasar utama ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Bahkan, potensi
perdagangan produk pakaian jadi di dunia yang mencapai USD442 miliar, menjadi
peluang besar bagi industri batik dalam negeri untuk semakin meningkatkan
pangsa pasarnya mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian
jadi.
“Dalam
pameran ini, Ditjen IKM memberikan fasilitasi booth kepada para IKM Batik Tulis kelas premium yang sesuai dengan
selera pasar Eropa. Kami akan boyong pengrajin kain batik yang antara lain berasal
dari Semarang, Kudus, Cirebon, dan wilayah Jawa Timur,” papar Gati.
Selama ini, menurutnya, industri batik telah berkontribusi signifikan
terhadap perekonomian nasional, di
antaranya
melalui penyediaan ribuan lapangan kerja dan menyumbang devisa negara dari
ekspor. Industri batik
nasional yang didominasi oleh para pelaku IKM, tersebar di 101 sentra seluruh
Indonesia dengan mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 15 ribu orang.
Sebagai pembina IKM, Ditjen IKM Kemenperin fokus
mengembangkan industri batik nasional agar lebih produktif dan kompetitif.
Program kegiatan yang telah dijalankan, meliputi peningkatan kompetensi
pengrajin, pengembangaan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin dan
peralatan, serta promosi dan pameran baik di dalam maupun luar negeri.
Sebelumnya,
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, pihaknya
terus mendorong para pengrajin dan peneliti industri batik nasional agar terus
berinovasi mendapatkan berbagai varian warna alam. Upaya ini untuk
mengeksplorasi potensi batik Indonesia sehingga memperkaya ragam kain wastra
Nusantara dengan warna alam.
“Di samping itu, kami memiliki program e-Smart IKM yang bertujuan mendorong pelaku usaha untuk
masuk dalam pemasaran online,”
ungkapnya.
(TOP)