Moneter.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis sektor industri
manufaktur dapat tumbuh lebih agresif pada kuartal II/2019 dibanding periode
sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya momentum Ramadan dan Lebaran.
“Kami yakin lebih tinggi dari pertumbuhan industri
di kuartal I yang mencapai 4,8%. Kami berharap bisa mendekati 5%,” kata
Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar di Jakarta, Minggu (26/5).
Menurut Haris, iklim usaha seusai pemilihan presiden
dan anggota legislatif semakin membaik setelah sebelumnya para investor memilih
wait and see. Bahkan, menjelang
Lebaran, sebagian banyak masyarakat membelanjakan uangnya untuk memenuhi
kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman serta pakaian.
“Pasca-pemilu, kami melihat iklim usaha semakin kondusif.
Selain itu, konsumsi juga akan meningkat dengan adanya tunjangan hari raya
(THR) serta gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil (PNS),” tuturnya.
Selain itu, peredaran uang ke daerah pun semakin
kencang karena banyak masyarakat yang mudik atau pulang kampung. “Liburnya
panjang, sehingga orang bisa spend
lebih besar,” imbuhnya.
Haris memandang, belum terlihat dampak besar dari
aksi massa yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 terhadap aktivitas industri
nasional. “Kami percaya, gejolak politik segera mereda dan aktivitas industri
akan kembali berjalan normal,” ujarnya.
Haris menambahkan, pertumbuhan industri manufaktur juga
akan terkerek oleh kenaikan investasi. Diproyeksi investasi melonjak pada
kuartal II. Keyakinan inipun mengacu pada tren yang sudah terjadi sejak pemilu tahun
1992.
“Pemerintah terus berupaya menciptakan kondisi
ekonomi, politik, dan keamanan yang kondusif bagi para investor sehingga
kinerja investasi di Indonesia yang sudah baik akan semakin meningkat, dan
tentunya investasi existing dapat
lebih berdaya saing,” paparnya.
Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang
menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I/2019,
industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5% atau Rp16,1 triliun
terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Adapun tiga sektor yang menunjang paling besar pada
total PMDN tersebut di tiga bulan awal tahun ini, yakni industri makanan yang
menggelontorkan dana mencapai Rp7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp2,6
triliun dan industri pengolahan tembakau Rp1,2 triliun.
Selanjutnya, industri manufaktur juga menyetor
hingga 26% atau USD1,9 miliar terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). Tiga
sektor yang menopangnya, yaitu industri logam dasar sebesar USD593 juta,
diikuti industri makanan USD376 juta serta industri bahan kimia dan barang dari
bahan kimia USD217 juta.
Kemenperin menargetkan, sepanjang 2019 pertumbuhan
industri manufaktur dapat mencapai 5,4%. Subsektor yang diperkirakan tumbuh
tinggi, antara lain industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri
tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki,
serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika.