Moneter.id – Kementerian
Perindustrian mendorong perluasan Kawasan Industri Makassar (KIMA) di Sulawesi
Selatan hingga 1.000 hektare (Ha).
Sebab, saat ini, kawasan tersebut sudah hampir terisi penuh, dengan jumlah
250 perusahaan.
“Lahan
di KIMA sudah sangat terbatas atau bisa dikatakan lokasinya hampir habis terjual. Jadi, perlu perluasan lagi
sehingga nanti mampu
menampung banyak
investor yang masuk,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (18/1).
Total area KIMA seluas 270,84 Ha, yang telah terjual
mencapai 237,39 Ha sehingga sisa sekitar 33,45 Ha. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah
merekomendasikan lokasi untuk perluasan kawasan industri baru, KIMA 2 di
Kabupaten Maros
sebagai bagian konsep pengembangan wilayah
Makassar, Maros, Sungguminasa, Gowa, dan Takalar (Mamminasata).
Menperin menjelaskan, pihaknya mengakselerasi perluasan
KIMA karena sejalan upaya pemerintah memacu pertumbuhan serta pemerataan
industri dan ekonomi
di kawasan timur Indonesia. Apalagi, Indonesia sedang menjadi salah satu negara
tujuan utama investasi sehingga
diproyeksikan banyak pelaku industri yang bakal menanamkan modalnya.
“Sulawesi
Selatan merupakan gerbang perekonomian di bagian timur Indonesia. Karena itu,
Sulawesi Selatan butuh kawasan industri yang lebih luas lagi dari sekarang ini.
Diproyeksikan penambahannya sebesar 1.000
Ha,” paparnya.
Airlangga
pun menuturkan,
dengan menggaet lebih banyak investor yang masuk ke Sulawesi Selatan, diyakini akan memberikan efek
berantai yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah mulai dari
peningkatan nilai tambah bahan baku hingga penyerapan tenaga kerja lokal.
Oleh karenanya, pemerintah berkomitmen untuk terus
menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan terhadap perizinan usaha dan penyediaan lahan di
kawasan industri. Saat ini,
pemerintah telah menerapkan sistem Online Single
Submission
(OSS) secara terintegrasi.
“Apabila
investor masuk,
kemudian melakukan pembebasan tanah sendiri, tentu prosesnya lebih lama. Tetapi kalau mereka masuk ke kawasan industri, sudah bisa langsung membuat
pabriknya dan tersedia fasilitas penunjangnya,” tutur Airlangga.
Di samping itu, Menperin menambahkan, perluasan kawasan
industri terkait pula dengan
program utama pemerintah untuk
menciptakan
lapangan pekerjaan yang lebih banyak. “Lapangan pekerjaan yang berkelanjutan
itu salah satunya ada di sektor industri,” imbuhnya.
Wakil
Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan, pihaknya sedang mengkaji lahan di Kabupaten Maros sebagai
lokasi yang
paling tepat untuk perluasan KIMA 2.
“Lahan
di KIMA sendiri sekarang sudah hampir habis,
karena banyak peminat.
Makanya, kami diminta untuk
memfasilitasi ketersediaan lahan minimal 1.000 Ha, dan ini sudah dikoordinasikan,” ungkapnya.
Salah satu tenant di KIMA adalah PT. Bogatama Marinusa (Bomar).
Menperin sempat mengunjungi industri
pengolahan hasil laut ini beberapa waktu lalu. Perusahaan ini sudah sangat dikenal kualitas
ekspornya, terutama di Jepang dengan jangkauan bisnis ke supermarket, chain restaurants, dan food service industry.
Bomar
menciptakan pertambakan ke arah industri dengan beralih dari tambak yang digali
menjadi sistem lego (bertumpuk) untuk menghindari penyakit dan dampak perusakan
lingkungan. Industri ini juga sudah mengarah pada penerapan industri 4.0 dengan memanfaatkan
R&D dan mengembangkan inovasi yang berbeda sesuai preferensi masing-masing
pasar dengan pabrik yang sudah sepenuhnya otomatis.
“Pengembangan
produk kami memanfaatkan peningkatan pendapatan masyarakat dan kebutuhan akan
produk pangan berkualitas. Pasar dunia yang dinamis meningkatkan kebutuhan
produk pangan jadi maupun setengah jadi. Ini juga ikut mendorong kebutuhan
produk agrikultur seperti sayur dan bumbu,” papar Presiden Direktur PT. Bomar
Tigor Cendrama kepada Menperin.