Moneter.co.id – Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) tengah memprioritaskan pendalaman struktur industri farmasi
nasional khususnya di sektor hulu atau produsen penyedia bahan baku farmasi.
Upaya strategis ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
“Pemerintah
telah menyediakan beberapa insentif fiskal seperti tax allowance dan tax holiday,”
kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pada Peresmian Pabrik Produksi Sediaan Steril PT. Ethica
Industri Farmasi di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (23/11).
Dengan fasilitas pengurangan pajak tersebut, diharapkan semakin banyak
pelaku industri farmasi yang akan mengembangkan pabrik bahan baku farmasi di
Indonesia. Selanjutnya, guna memacu daya saing, Kemenperin
sedang fokus melaksanakan program pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis
kompetensi untuk menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia
industri.
Menperin juga memberikan apresiasi kepada PT. Ethica Industri Farmasi yang membangun pabrik
barunya untuk memproduksi obat injeksi steril. Di samping itu, diharapkan dapat
ikut serta dalam program vokasi industri dengan membina beberapa Sekolah
Menengah Kejuruan di sekitar wilayahnya.
Untuk membangun pabrik di atas lahan seluas 4,3
hektare di Kawasan Industri Jababeka ini, perusahaan menanamkan investasi sebesar Rp1 triliun dengan
menyerap tenaga kerja sebanyak 230 orang. Produk obat injeksi yang dihasilkan dalam
bentuk ampul maupun vial dengan
proses produksinya menggunakan teknologi aseptik dan sterilisasi akhir.
Sekedar informasi, PT. Ethica Industri Farmasi merupakan perusahaan patungan
antara Fresenius Kabi AG dengan SOHO Global Health, yang berupaya merealisasikan visi pemerintah untuk menjadikan
Indonesia sebagai salah satu pusat produksi obat injeksi utama bagi pasar Asia, Australia, dan ke depannya ke berbagai pasar potensial di dunia.
Sementara itu, Fresenius
Kabi Board Member and President Region Asia, Gerrit
Steen menyampaikan, pihaknya akan menyediakan akses
kesehatan yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia dengan beragam pilihan obat
injeksi bagi penyakit kritis dan kronis. “Pabrik ini dilengkapi dengan teknologi farmasi terkini,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden
Direktur PT. Ethica Industri Farmasi, Indrawati Taurus mengatakan, perusahaan
juga berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh terhadap program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) sebagai upaya penyediaan produk kesehatan yang berkualitas global dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Perusahaan
ini sudah menyediakan 20 jenis produk
obat injeksi, di antaranya digunakan untuk perawatan ginekologi, anestesi, dan
perawatan pasien kritis yang saat ini telah beredar di Indonesia.
Sedangkan, Menurut Menteri
Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek, saat ini terdapat 230 industri farmasi yang berperan aktif dalam
upaya pemenuhan ketersediaan obat di dalam negeri. “Program JKN dimulai sejak
tahun 2014, dan ditargetkan pada 2019 sudah harus mencapai universal health coverage. Saat ini peserta program JKN mencapai
183 juta. Dengan adanya JKN, terlihat peningkatan penjualan obat melalui e-katalog,
terutama untuk obat generik,” paparnya.
Kemenperin mencatat, industri farmasi Indonesia mampu menyediakan 70 persen dari kebutuhan obat dalam negeri. Sedangkan, nilai pasar produk farmasi ke ASEAN
mencapai USD4,7 miliar atau setara dengan 27 persen dari total pasar farmasi di
ASEAN. Ini menjadi peluang cukup besar bagi industri
farmasi dalam negeri untuk lebih mendominasi pasar domestik atau ekspor.
Pemerintah akan
mendorong pengembangan sektor industri farmasi, herbal, dan kosmetika karena
Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam yang mampu mendukung proses
produksinya. Terlebih lagi, Indonesia akan berkerja sama dengan Singapura dalam
penetapan standar dan keamanan pengan termasuk juga produk herbal agar bisa
lebih berdaya saing di tingkat global. (TOP)