Moneter.id – Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) bersama United
Nations Development Programme (UNDP) mengajak kepada seluruh pihak
di Indonesia agar bisa saling bersinergi melakukan tindakan dalam mengurangi
polusi plastik.
Berdasarkan rilis
resminya, UNDP memperkirakan terdapat 13 juta ton sampah plastik yang terbuang
ke lautan dan berdampak mengganggu lingkungan hidup di seluruh dunia setiap
tahunnya.
“Oleh karena
itu, penanganan sampah plastik ini merupakan tanggung jawab bersama baik
pemerintah, swasta, dan masyarakat,” kata Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Minggu
(24/6).
Menurut
Ngakan, secara garis besar dapat dilakukan melalui tiga cara dalam upaya
menekan sampah plastik, yaitu meminimalisir penggunaan produk berbahan plastik
sekali pakai, menggunakan material alternatif yang lebih mudah terurai, dan
melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi.
“Untuk
mengurangi sampah kantong plastik, sebenarnya penggunaan plastik urai hayati (biodegradable plastic) bisa menjadi
salah satu solusi. Namun itu belum begitu popular di kalangan non-retail,
karena harganya dianggap masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan
plastik konvensional,” ungkapnya.
Kendati
demikian, lanjut Ngakan, tidak hanya teknologi biodegradable plastik saja yang menjanjikan perubahan pola konsumsi
plastik di masyarakat, namun juga kemasan siap makan (edible coating) mulai berkembang digunakan.
“Kemasan
tersebut sifat materialnya seperti plastik dan berfungsi seperti plastik yang
lazim digunakan pada industri makanan,” paparnya.
Bahan edible coating ini biasanya dari
material nabati seperti tapioka yang dipastikan lebih ramah lingkungan, dan
tentunya bisa dimakan (edible).
Ngakan
meyakini bahwa akan lebih banyak teknologi di masa depan yang dapat membantu
memecahkan masalah plastik, namun demikian memasukkan plastik ke dalam circular economy merupakan salah satu
solusi tercepat saat ini.
“Contoh
sederhana peran masyarakat dalam circular
economy tersebut adalah dengan membawa kemasan sisa produk atau produk yang
tidak terpakai ke dalam collecting point,”
jelasnya.
Ngakan juga
menyebutkan, salah satu merek kosmetika ternama bahkan memberikan reward berupa poin kepada konsumen yang
mengembalikan kemasan kosmetik bekas pakai. Poin tersebut yang bisa ditukarkan
dalam rupiah yang bisa dibelanjakan kembali untuk produk-produk dari merk
tersebut.
Inisiasi lainnya
adalah pengurangan sedotan plastik yang sedang digalakkan franchise restoran cepat saji terkenal di Indonesia. Gerakan
tersebut malah menciptakan peluang baru, yakni pembuatan sedotan yang bisa
dipakai berkali-kali, yang ternyata juga melahirkan kreativitas.
“Sekarang
sudah ada yang menjual sedotan berbahan logam atau bamboo, bahkan desainnya
banyak yang unik,” ungkap Ngakan.
Senior
Programme Manager UNDP Indonesia, Anton Sri Probiyantono menyampaikan, risiko
yang ditimbulkan polusi plastik terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia
telah mendorong masyarakat internasional untuk bertindak melalui gerakan global
“Beat Plastic Pollution” dalam rangka peringatan Hari Lingkungan
Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni.
“Kami ingin
mendorong semua orang untuk mulai melakukan sesuatu yang sederhana dalam
kehidupan sehari-hari untuk menyelamatkan lingkungan hidup,” ujarnya.
Teddy Caster
Sianturi, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup (Puslitbang IHLH) Kemenperin menambahkan, plastik merupakan
hasil revolusi industri yang memegang peranan penting dalam merevolusi hidup
manusia.
“Plastik
berperan dalam segala bidang mulai dari otomotif, elektronika, pangan, dan
masih banyak lagi,” ujarnya.
Oleh karena
itu, kata Teddy, salah jika mengatakan “bye
bye plastic”, karena yang diperlukan adalah bagaimana memanajemen sampah
plastik. “Membakar plastik adalah tindakan yang salah. Pembakaran plastik malah
bisa menimbulkan senyawa dioksin dan furan yang sangat berbahaya bagi
kesehatan,” jelasnya.
Guna
berkontribusi terhadap tujuan menekan polusi plastik, Kemenperin dan UNDP
mengadakan acara khusus melalui pameran fotografi dan pameran instalasi seni
berbahan sampah plastik, workshop mewarnai tas belanja berbahan kain, lomba
memilah sampah, serta pemutaran film dokumenter tentang pembangunan
berkelanjutan.
Kegiatan ini
diharapkan dapat membidik para generasi muda Indonesia agar perhatian terhadap
isu pembangunan lingkungan hidup.
(TOP)