Moneter.id
–
Ketua Dewan Komisioner Lembaga penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa
menyatakan, likuiditas perbankan saat ini menunjukkan kondisi yang relatif
cukup. Hal ini tergambar dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bulan Januari
2021 sebesar 10,57%.
“Namun pertumbuhan kredit masih perlu didorong untuk
mempercepat pemulihan ekonomi nasional dimana saat ini angka pertumbuhan kredit
sebesar -1,92% yoy,” ujarnya di Jakarta, Selasa (16/3).
LPS, menurutnya, ikut menjaga simpanan industri
perbankan agar tumbuh stabil melalui cakupan program penjaminan yang kredibel
dan terpercaya.
Baca juga: Simpanan masyarakat di bank turun 1,45persen, LPS: Wajar
“Suku bunga kredit perlu untuk terus didorong
penurunannya dan karena setiap sektor ekonomi rill mengalami tantangan yang
berbeda, sehingga perlu dorongan kebijakan yang berbeda pula. Kesinambungan
kebijakan akan mempengaruhi perbaikan perekonomian, oleh karena itu kita harus
menggunakan segala instrumen yang ada untuk mendukung pemulihan ekonomi,”
tutupnya.
Baca juga: LPS Pastikan Likuiditas Perbankan Stabil dan Merata
Menurutnya, LPS dan anggota Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) yang lain akan terus menjalin sinergi kebijakan dan berbagai
langkah stimulus. Sinergi ini yang menjadi fokus KSSK sekarang.
“Pemerintah dan KSSK telah dan akan terus berupaya
secara maksimal untuk memitigasi dampak akibat Pandemi Covid-19 di semua sisi
melalui berbagai kebijakan terpadu,” ujarnya.
Purbaya mengatakan LPS berkomitmen menjaga stabilnya
industri perbankan dan perekonomian nasional dengan berbagai kebijakan yang
dijalankan saat ini.
Ia optimistis ekonomi nasional akan pulih dan bahkan
tumbuh lebih baik. “Saat ini kita memang belum pulih sepenuhnya, tetapi sudah
ada tanda-tanda perbaikan. Dampak covid 19 terhadap ekonomi sempat berpengaruh
besar, tetapi perlahan kita mulai bisa mengendalikan. Kebijakan yang kita
laksanakan saat ini relatif baik untuk mencegah Indonesia untuk jatuh lebih
dalam ke jurang resesi,” ujarnya.
Purbaya mengatakan respon pemerintah dalam menghadapi
dampak Pandemi Covid-19 terhadap perekonomian sudah tepat.
“Apabila dibandingkan dengan berbagai negara lain,
pertumbuhan ekonomi kita lumayan baik, terlihat dari data, pertumbuhan ekonomi
kita -2,07% yoy full year, sementara
Singapura -5,75% yoy full year,
Amerika Serikat -3,5% yoy full year
dan Jerman -5,0 yoy full year. Dengan
adanya program vaksinasi dan pembatasan sosial, pertumbuhan ekonomi di
Indonesia pada triwulan IV/2020 mulai menunjukkan perbaikan untuk mendukung
pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
Baca juga: LPS: Vaksinasi covid-19 jadi ‘obat’ perbaikan kredit
perbankan
Purbaya mengatakan ada beberapa indikator kegiatan
usaha dan konsumsi yang menunjukkan perbaikan. Namun, lanjutnya hal tersebut
masih memerlukan dorongan untuk pulih lebih cepat.
Berdasarkan indikator dari Bank Indonesia (BI),
Bloomberg dan juga CEIC mencatat antara lain Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang sebelumnya
menunjukkan grafik penurunan, terutama di bulan April 2020, dimana hanya tumbuh
sekitar 30%, sekarang grafiknya terus mengalami peningkatan, dan pada bulan
Februari tahun ini angka pertumbuhannya sebesar 50,9%.
Sedangkan penjualan kendaraan bermotor, setelah
mengalami penurunan signifikan di pertengahan tahun 2020 atau pada bulan Juni
2020, angka penjualan mobil merosot hingga -80% atau hanya terjual sekitar
200.000 unit, namun hingga awal tahun ini atau pada bulan Januari 2021
grafiknya meningkat dan naik hingga -34,22% atau terjual sebanyak 394.733 unit.
Kemudian, ia juga menjelaskan mengenai outlook pertumbuhan
ekonomi global, dimana menurutnya perekonomian global akan sangat bergantung
terhadap keberhasilan negara dalam mengatasi pandemi, termasuk di dalamnya
ialah penyaluran vaksin kepada masyarakat.
“Data pertumbuhan
ekonomi Indonesia berdasarkan perhitungan World Bank pada bulan Januari 2021
tumbuh sebesar 4,4% dan IMF mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8%, namun
hingga bulan Maret 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut OECD naik
sebesar 4,9%,” katanya.