Moneter.co.id – Rute konektivitas?laut Bitung-Davao/General Santos?yang?dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Duterte pada 30 April 2017, membuat Kementerian Perdagangan (Kemendag) semakin intensif membuka peluang peningkatan ekspor ke pasar Filipina.
Kemendag melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) menggelar “Forum Diseminasi?Pengembangan?Ekspor?ke Pasar Filipina dengan Memanfaatkan Konektivitas Laut BitungDavao/General Santos” di Bogor, hari ini, Selasa (15/8).
“Kemendag turut mendorong pemanfaatan Roro Bitung-Davao untuk mendukung peningkatan ekspor nasional ke Filipina sebagai salah satu pasar ekspor potensial di ASEAN,”?kata Direktur Jenderal PEN Arlinda saat membuka forum tersebut.
Kemendag menargetkan peningkatan ekspor 2017 ke Filipina sebesar 11,22% menjadi USD 5,8 miliar dari sebelumnya sebesar USD 5,26 miliar pada 2016.?Rute?Bitung-Davao?diharapkan?dapat menjadi rute alternatif yang lebih singkat untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan internasional antara Indonesia dengan Filipina.
“Rute Bitung-Davao ini akan memberikan manfaat dalam peningkatkan perekonomian lokal termasuk mendorong rantai apsok global, merangsang pembangunan infrastruktur daerah, meningkatkan sektor pariwisata, membentuk hubungan udara langsung, dan meningkatkan arus masuk investasi,” lanjut Arlinda.
Menurut Arlinda,?bila rute Davao-General Santos-Bitung dapat berjalan dengan baik,?maka Indonesia akan mempunyai?keuntungan tambahan?dalam hal pengurangan jarak berlayar dari Indonesia Timur, serta mengurangi waktu pengiriman.
Indonesia adalah mitra dagang sangat penting bagi Pulau Mindanao karena Indonesia masuk dalam lima besar negara asal impor/pemasok terbesar, yaitu pada urutan ke-4. Selama?2011-2015, impor Pulau Mindanao dari Indonesia meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,8%.
Seperti diketahui, impor Pulau Mindanao dari Indonesia pada 2015 mencapai USD 286,0 juta atau meningkat signifikan mencapai 79,7% dibandingkan pada 2014. Kita? punya ?potensi yang cukup besar untuk produk seperti rumput laut, minyak goreng, tepung terigu, di samping produk potensial seperti bulir jagung, kopra, kopi, semen Portland, tuna yellowfin beku, lemak dan minyak hewani atau nabati, bahan bangunan, ikan cakalang, papan, konsol untuk voltase melebihi 1.000 volt, dan pupuk ammonium sulfat. (Top)