Moneter.id – Jakarta – PT PLN
(Persero) mengeluarkan 13 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara dari
rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) dan membatalkan kontrak 1,3
gigawatt PLTU batu bara. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan proses transisi
energi.
"Sudah ada 13 gigawatt pembangkit listrik
tenaga batu bara yang kita keluarkan dari fase perencanaan," kata Direktur
Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Kemudian, kata Darmawan, ada juga yang sudah kontrak 1,3 gigawatt PLTU batu bara dengan PLN berhasil dibatalkan. “Dari 13 gigawatt pembangkit listrik batu bara yang telah dikeluarkan dari rancangan penyediaan tenaga listrik, PLN telah mampu mengurangi emisi gas rumah kaca senilai 1,8 miliar ton CO2 selama 25 tahun,” beber Darmawan.
Sementara penghentian kontrak 1,3 gigawatt PLTU
batu bara, berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca lebih dari 150 juta ton CO2
selama 25 tahun.
PLN juga merencanakan dan mengembangkan 21
gigawatt pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dalam The Greenest rencana
usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2019-2028.
Darmawan mengatakan, rancangan RUPTL merupakan
yang paling hijau dalam sejarah PLN dan Indonesia.
"Ini yang paling hijau dalam sejarah PLN dan
juga dalam sejarah Indonesia yaitu 51,6 persen penambahan kapasitasnya berbasis
pada EBT," kata Darmawan.
Adapun EBT yang akan digunakan dalam rancangan
RUPTL ini antara lain hidro, geotermal, matahari hingga ombak hingga angin.
Menurut Darmawan, semua sumber daya yang di Tanah Air yang memiliki potensi
besar untuk pembangkit listrik akan digunakan sebagai energi baru.
"Energi dari semua potensi di nusantara ini
dari hidro dari geotermal, dari wind, dari solar, dari ombak dan seluruh
potensi di nusantara ini," ujarnya.