Senin, Oktober 6, 2025

Laba Adaro Energy Naik 6 Persen per September 2018

Must Read

Moneter.id – PT Adaro
Energy Tbk (ADRO) membukukan laba sebesar US$526 juta per September 2018. Angka
ini naik 6% year-on-year (yoy) seiring dengan peningkatan kinerja operasional.

Informasi yang
disampaikan perseroan dalam keterangan resminya, Rabu (31/10) dijelaskan, pendapatan
usaha ADRO tercatat sebesar US$2,66 miliar, naik 9,35% yoy dari sebelumnya
US$2,44 miliar.

“Bisnis
pertambangan dan perdagangan batu bara berkontribusi 92,54% dari total
pendapatan atau sejumlah US$2,47 miliar. Pasar ekspor berkontribusi US$2,04
miliar, sedangkan pasar domestik US$633,73 juta,” tulisnya.

Presiden
Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan, EBITDA operasional
perusahaan per September 2018 naik 5% yoy menjadi US$1,06 miliar dari
sebelumnya US$1 miliar.

Hingga akhir 2018,
perusahaan mempertahankan EBITDA operasional di kisaran antara US$1,1
miliar—US$1,3 miliar.

“Kenaikan
EBITDA operasional dan laba inti per September 2018 secara yoy merupakan hasil
kinerja solid di seluruh pilar bisnis perusahaan. Selain itu, volume produksi
batu bara pada kuartal III/2018 meningkat 14% dari kuartal sebelumnya,”ujarnya.

Boy menyebutkan, laba inti
ialah laba yang tidak termasuk biaya transaksi transisi nonoperasional yang
hanya timbul satu kali terkait akuisisi Kestrel, dan tidak mencakup komponen
operasional setelah pajak.

Kenaikan
produksi didukung oleh kondisi cuaca yang lebih baik. Oleh karena itu,
perusahaan berupaya mengejar panduan target produksi batu bara pada 2018
sejumlah 54 juta—56 juta ton.

Sampai dengan kuartal
III/2018, perusahaan memproduksi batu bara sejumlah 38,98 juta ton, turun 1%
yoy dari sebelumnya 39,36 juta ton. Adapun, volume penjualan dalam periode yang
sama menurun tipis menjadi 39,27 juta ton dari posisi per September 2017
sebesar 39,44 juta ton.

Sementara
itu, laba bersih Adaro pada periode 9 bulan pertama 2018 mencapai US$312,71
juta. Nilai itu menurun 16,04% yoy dari sebelumnya US$372,45 juta.

Per September 2018, beban
pokok pendapatan naik menjadi US$1,78 miliar dari sebelumnya US$1,58 miliar.
Laba bruto pun terkoreksi menuju US$878,55 juta dari posisi per September 2018
sebesar US$859,43 juta.

Kenaikan
beban pokok, kata Boy disebabkan peningkatan biaya penambangan seiring dengan
penambahan volume pengupasan lapisan penutup. Selain itu, harga bahan bakar
minyak memanas, dan pembayaran royalti ke pemerintah meningkat karena kenaikan
harga jual rata-rata.

”Untuk
mengelola risiko fluktuasi bahan bakar, Adaro telah melakukan lindung nilai
sekitar 20% dari total kebutuhan 2018 di harga yang lebih rendah dari
anggaran,” tuturnya.

Sementara, liabilitas emiten
tambang ini per September 2018 naik menjadi US$2,85 miliar dari akhir 2017
sebesar US$2,72 miliar. Liabilitas jangka pendek meningkat menuju US$929,63
juta dari sebelumnya US$773,30 juta.

Ekuitas
perusahaan meningkat menjadi US$4,30 miliar dari per Desember 2017 senilai
US$4,09 miliar. Total aset ADRO per Juni 2018 meningkat menuju US$7,15 miliar
dari akhir tahun lalu sejumlah US$6,81 miliar.

 

(TOP)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

UmrahCash dan VIDA Hadirkan Solusi Aman & Praktis

UmrahCash berkolaborasi dengan VIDA, penyedia identitas digital terkemuka di Indonesia, menghadirkan dompet digital syariah yang aman dan praktis khusus...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img