Selasa, September 30, 2025

Laba Bersih Bank Permata Naik 66,5 Persen

Must Read

Moneter.id – PT Bank
Permata Tbk membukukan pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 1,5 triliun,
atau naik 66,5% dari 2018 senilai Rp 901,2 miliar. Bank milik Grup Astra ini
juga mencatat kenaikan pertumbuhan laba operasional sebelum penyisihan
penurunan nilai aset sebesar 18,8% menjadi Rp 3,04 triliun.

Direktur Utama PT Bank Permata Tbk Ridha DM
Wirakusumah  Ridha menyebutkan
pertumbuhan laba operasional sebelum penyisihan penurunan nilai aset tercatat
18,8% menjadi Rp3,04 triliun dikontribusi oleh peningkatan pendapatan bunga
bersih 5,6% dan pendapatan operasional selain bunga atau Fee Based Income sebesar 24,3%.

“Profibilitas
sampai kuartal IV/2019 tumbuh ditopang pendapatan yang meningkat. Ini
mencerminkan komitmen perusahaan untuk memperkokoh profitabilitas dengan
membangun fondasi pertumbuhan bisnis yang solid dan menjanjikan,” kata Ridha di
Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Sementara sepanjang
2019, return of asset (ROA) emiten dengan kode 
BNLI ini tercatat di posisi 1,3% dan dan Return of equity (ROE) di posisi 7,20%.
ROA dan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan imbal hasil atau laba secara
relatif terhadap total aset (ROA) dan total ekuitas/modal (ROE). 



Sedangkan rasio NPL gross dan NPL net pada
Desember 2019 terus membaik secara signifikan ke posisi 2,8% dan 1,3%
dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat 4,4% dan 1,7% dengan
NPL coverage ratio 132,8%.

Ridha
menjelaskan perbaikan rasio NPL gross itu merupakan hasil dari restukturisasi
kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan dan penyelesaian kredit
bermasalah (loan settlement), serta
ditunjang oleh pertumbuhan kredit good-book.

“Kami akan
tetap menjaga prinsip prudensi dan upaya untuk secara terus menerus memitigasi
potensi kerugian kreditnya secara berhati-hati,” ujarnya.

Di sisi lain,
BNLI juga tidak gencar menyalurkan kredit karena hanya tumbuh 1,5% sepanjang
2019 atau senilai Rp 108,15 triliun dibandingkan 2018.

Penyaluran
kredit Bank Permata pun difokuskan ke segmen Wholesale Banking. Sementara di
pertumbuhan kredit Retail Banking terutama terjadi di produk Kredit Tanpa
Agunan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Loan to
Deposit Ratio
(LDR) sepanjang 2019
tercatat 86,32%, turun dibandingkan 2018 sebesar 90,08%. LDR yang tinggi bisa
menjadi tanda bank kurang leluasa untuk menyalurkan kredit karena ketatnya
likuiditas.

Di sisi lain
rendah atau turunnya LDR juga bisa diartikan bahwa bank tidak gencar dalam
penyaluran kredit.

Bank Permata juga mencatatkan aset produktif
yang dihapus buku pada 2019 senilai Rp 9,89 triliun naik 25% dibandingkan 2018
senilai Rp 7,91 triliun. Sementara aset produktif yang dihapus yang dipulihkan
atau berhasil ditagih senilai Rp 3,77 triliun, naik tipis dibandingkan 2018
senilai Rp 3,35 triliun.

Untuk total CKPN aset keuangan atas aset
produktif pun turun dari Rp 8,23 triliun pada 2018, menjadi Rp 4,03 triliun
pada 2019. Biaya pencadangan kredit menurun sebesar 32,5% menjadi sebesar
Rp1,14 triliun dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp1,68 triliun.

Posisi permodalan Bank terus pada angka
pencapaian Common Equity Tier 1 (CET-1) dan Capital
Adequacy Ratio
(CAR) di akhir Desember 2019 sebesar 18,7% dan 19,9%,
meskipun Bank telah melakukan pelunasan obligasi subordinasi yang jatuh tempo
di tahun 2019 sebesar Rp 2,5 triliun dan belum melakukan penerbitan modal
pelengkap untuk menggantikan obligasi subordinasi yang sudah dilunasi.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

Lepas Ekspor Produk Olahan Susu dari Cikarang, Mendag Busan : Ini Bukti Daya Saing Produk Mamin Indonesia

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso melepas ekspor empat kontainer susu bubuk dan susu kental manis produksi PT Frisian Flag...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img