Moneter –
PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) mencatatkan laba sebelum pajak atau profit before tax sebesar Rp107,5 miliar
sepanjang 2021. Laba ini meningkat 16,1
persen year on year (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp92,6 miliar.
“Per Desember 2021 aset tumbuh 9,5 persen yoy menjadi Rp10,6 triliun dibandingkan
Desember 2020 yang tercatat sebesar Rp9,7 triliun,” kata Direktur BCA Syariah
Pranata, Senin (14/3/2022).
Menurutnya, peningkatan aset di 2021 didukung oleh
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) baik dari tabungan, giro, dan deposito
sebesar 12,1 persen yoy menjadi Rp7,7
triliun.
“Produk Tabungan BCA Syariah tumbuh 56 persen yoy sehingga memperkuat komposisi dana
murah (CASA) yang tumbuh 36,4 persen mencapai sebesar Rp2,6 triliun.
Peningkatan DPK menandakan tumbuhnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan
dana di BCA Syariah,” kata Pranata.
Selain itu, BCA Syariah juga mencatat penyaluran
pembiayaan tumbuh sebesar 12,2 persen secara tahunan menjadi Rp6,2 triliun,
yang didominasi pembiayaan untuk industri pengolahan, perdagangan, dan
proyek-proyek infrastruktur strategis pemerintah.
BCA Syariah telah hampir memenuhi ketentuan pemerintah
untuk pembiayaan UMKM yang berkontribusi hingga 22,78 persen dari total
pembiayaan 2021, sementara pembiayaan untuk konsumen memberikan kontribusi
sebesar 3,4 persen.
Sementara, kualitas pembiayaan BCA Syariah masih
terjaga pada level yang sehat dengan Non-Performing Financing (NPF) Gross
tercatat sebesar 1,13 persen dan NPF Net sebesar 0,01 persen.
BCA Syariah juga mencatatkan penyaluran pembiayaan
pada Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KUB) sebesar Rp1,9 triliun atau 31,9 persen
dari total portofolio pembiayaan di 2021.
Kemudian, pada 2022 BCA Syariah menargetkan
pertumbuhan selaras dengan perkiraan Otoritas Jasa Keuangan di kisaran 6 sampai
7 persen untuk aset dan laba, sementara pembiayaan dan DPK sekitar 7 sampai 9
persen.