Senin, Oktober 6, 2025

Lampaui Target 2017, Workshop e-Smart IKM Diikuti 1.630 Peserta

Must Read

Moneter.co.id – Sebanyak
1.630 industri kecil dan menengah (IKM) telah mengikuti
workshop program e-Smart
IKM hingga November 2017. Loka karya yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ini bertujuan untuk memberikan
bimbingan teknis kepada pelaku IKM nasional mengenai pemanfaatan teknologi
digital yang dilatih para tenaga ahli dari
marketplace
dalam negeri.

“Jumlah
tersebut melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2017 sebanyak 1.000 IKM.
Ke depannya, diharapkan terus meningkat, di mana tahun 2018 ditargetkan
mencapai 4.270 IKM dan tahun 2019 sebanyak 5.240 IKM,” kata Direktur IKM Kimia,
Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin E. Ratna Utarianingrum di Jakarta,
Senin (4/12).

Ratna
menyampaikan, total jumlah IKM yang akan mengikuti workshop e-Smart IKM hingga tahun 2019 dapat mencapai lebih dari 10
ribu IKM dan sebanyak 30 ribu produk IKM yang dapat diakses konsumen melalui marketplace. “Dalam workshop ini, pelaku IKM mendapatkan pelatihan dengan materi
fotografi produk serta melakukan transaksi penjualan secara digital,” ujarnya.

Pelaksanaan
loka karya ini bekerja sama dengan marketplace
dalam negeri seperti bukalapak.com dan Blanja.com. Kegiatan ini telah digelar
di beberapa kota di Indonesia, di antaranya
Padang, Palembang, Sidoarjo, Bandar Lampung,
Buleleng, Balikpapan, Medan, dan Makassar.

Ratna
menambahkan, Kemenperin terus mendorong peningkatan produktivitas dan daya
saing IKM melalui program e-Smart IKM, yang diharapkan pula akan membantu
penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan.

“Dengan
mendorong para pelaku IKM, terutama mereka yang berada di sentra-sentra agar masuk
ke dalam marketplace, diharapkan
dapat memberikan akses pasar yang lebih luas sehingga akan memudahkan pelaku
IKM untuk mengembangkan usahanya,” tuturnya.

Lebih lanjut,
selain memacu para pelaku IKM nasional agar bisa bertransaksi di pasar online
seiring dengan perkembangan ekonomi digital dan memperluas akses pemasaran
produk-produknya, program e-Smart IKM
ini nantinya dapat membantu Ditjen IKM Kemenperin dalam membuat program
lanjutan untuk mendukung penumbuhan dan pengembangan IKM di Indonesia ke
depannya.

“Guna
memperkuat IKM agar selalu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,
kami senantiasa mengupayakan berbagai hal dalam mengatasi tantangan utama IKM
yang berasal dari modal, bahan baku dan pemasaran,” paparnya.

Terkait
permodalan, Kemenperin terus melakukan sosialisasi mengenai Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di berbagai daerah. Selain itu, Kemenperin juga terus mendukung program
pemerintah dalam pembiayaan permodalan IKM dalam bentuk Financial Technology (Fintech)
dan berbagai bentuk pendanaan lainnya baik dari lembaga perbankan maupun non
perbankan.

Kemudian,
mengenai pasokan bahan baku, Kemenperin juga sedang mengupayakan kemudahan
akses bahan baku dan bahan penolong bagi IKM melalui pembertukan Material
Center. Sementara itu, terkait dengan pemasaran, Kemenperin telah meluncurkan
program e-Smart IKM.

Sebelumnya,
Menteri Perindustrian Airlangga menyampaikan keyakinannya bahwa program e-Smart
IKM mampu meningkatkan penguasaan pasar perdagangan elektronik dari
produk-produk asli Indonesia, baik di tingkat domestik maupun global. “Apalagi,
saat ini sedang terjadi tren peralihan transaksi dari pasar offline ke pasar online,” ujarnya.

Bahkan, dengan menggunakan teknologi digital untuk promosi produk secara
online, para pelaku IKM juga diproyeksi memperoleh keuntungan yang lebih
signifikan hingga 80 persen dan menjadi 17 kali lebih inovatif.

Menurut
Airlangga, dalam pengembangan teknologi digital di sektor industri, pemerintah
Indonesia dan Singapura telah sepakat bersinergi pada tahun depan untuk
memasarkan komoditas yang paling laris dan banyak dipasarkan secara lebih luas
melalui online, seperti makanan dan minuman.

“Kami akan
kembangkan innovation center dan safety food, misalnya inovasi kemasan
dan daya tahan. Sehingga memiliki standar produk yang sama agar bisa dikirim ke
pasar ASEAN dan lainnya. Jadi, kami mendorong ini tidak hanya untuk perusahaan
besar, tetapi juga IKM,” papar Airlangga.

Material Center
Sutera

Kementerian
Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) juga
sedang menyusun konsep pembentukan material center (pusat bahan baku)
bagi pelaku IKM Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor seperti benang
dan kain sutera.

“Untuk itu, sektor
hulu dan hilir perlu bersinergi untuk kembali membangkitkan industri TPT kita.
Salah satunya industri persuteraan alam nasional, karena Indonesia memiliki
potensi yang besar untuk mengembangkannya,” kata Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin E.
Ratna Utarianingrum.

Indonesia merupakan produsen sutera terbesar ke-9 di dunia.
Adapun daerah yang menjadi basis industry
persuteraan alam adalah Sulawesi
Selatan (Sopeng, Wajo, dan Enrekang), Jawa Barat (Garut, Sukabumi,
Majalaya,
Cianjur), Gorontalo, dan Pati (Jawa Tengah).

Ratna
menjelaskan, saat ini, Ditjen IKM sedang menyusun konsep pendirian material center IKM yang bersinergi
dengan industri tekstil dalam negeri. Sebagai pilot project akan mendirikannya di Semarang untuk komoditi pakaian
jadi dan batik. “Konsep ini menjadi role
model
untuk mendirikan material
center
bahan baku sutera di Indonesia,” ujarnya.

Sementara
itu, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, sinergi sektor hulu
dan hilir sangat penting bagi pengembangan industri persuteraan alam. Hal ini
perlu dilakukan sebagai upaya penguatan rantai nilai industri, sehingga
kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri dan stabilitas
harga bahan baku dapat dikendalikan.

“Salah satu
contoh sinergi yang telah dilakukan dalam rangka pengembangan IKM tenun di
Timor Tengah Selatan (TTS),” ujarnya.

Pada bulan
Mei 2017, Ditjen IKM telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian
Pertanian dan Bupati TTS dalam rangka penyediaan bahan baku kapas bagi IKM Tenun
di TTS.

“Komitmen ini
sudah berjalan dan pada awal November telah dilakukan pemanenan kapas untuk
yang pertama kalinya dan diuji coba untuk produksi bahan baku benang untuk kain
tenun. Kami berharap hal serupa dapat dilakukan juga untuk pengembangan industri
persuteraan alam ini,” ucap Gati. (TOP)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

UmrahCash dan VIDA Hadirkan Solusi Aman & Praktis

UmrahCash berkolaborasi dengan VIDA, penyedia identitas digital terkemuka di Indonesia, menghadirkan dompet digital syariah yang aman dan praktis khusus...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img