Senin, Oktober 6, 2025

Masih Andalkan Buatan Tangan, Kerajinan Perak Kotagede Berdaya Saing Global

Must Read

Moneter.co.id – Industri
kerajinan perak di Indonesia masih mengandalkan buatan tangan para pengrajinnya
dalam proses produksi. Namun, sektor ini mampu berdaya saing di pasar
internasional karena memiliki berbagai keunggulan seperti desain dan kualitas
produknya
 

“Ini salah satu
bukti talent kita yang tetap
kompetitif. Sektor ini punya nilai tambah tinggi mencapai di atas 50%,” kata
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mengunjungi sentra pengrajin
perak di Kotegede, Yogyakarta, Kamis (29/3).

Menperin
menjelaskan, Kotagede merupakan salah satu klaster atau kelompok industri
kerajinan perak yang sudah lama dikenal dan masih lestari. “Konsepnya adalah one village one product, jadi perak
menjadi kekuatan Kotagede. Di tempat lain juga ada, seperti yang berbasis
produk kulit,” paparnya.

Airlangga
menyampaikan,
industri kerajinan sebagai salah satu sektor yang tengah diprioritaskan
pengembangannya. Alasannya, karena mampu menghasilkan nilai tambah tinggi,
berdaya saing global, berorientasi ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta
didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku yang cukup.

Berdasarkan catatan Kemenperin, industri kerajinan di dalam negeri lebih dari 696 ribu unit usaha dengan
menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang. Sementara itu
, sampai dengan November
tahun
201
7, nilai
ekspor produk kerajinan tahun 2017 berada di angka USD776 juta, naik 3,8%
dibanding tahun 2016 sekitar USD747 juta.

Salah satu showroom kerajinan
perak yang masih eksis di Kotagede adalah HS Silver yang
telah berdiri sejak tahun 1953. Di showroom, HS Silver tidak hanya memajang
produk saja, tetapi juga menyediakan ruang workshop. Para
pengunjung bisa melihat secara langsung proses produksi kerajinan perak yang
dibuat secara handmade oleh para pengrajin.

Direktur
Pengembangan dan Bisnis HS Silver, Artin Wuriyani menuturkan, awalnya usaha
kerajinan perak yang dirintis oleh sang pemilik Harto Suhardjo ini memiliki 10
karyawan. Saat ini, HS Silver telah menyerap tenaga kerja sebanyak 86 karyawan
dengan menggandeng 200 pengrajin perak. Selain di Yogyakarta, HS Silver juga
memiliki showroom di Bali.

“Kami juga
mencari para pengrajin di luar Kotagede, seperti di Wonosari dengan memberikan
pelatihan. Kami memberdayakan masyarakat di sana, khususnya para perempuan,”
ujarnya.

Dalam
pengembangan bisnis, HS Silver terus meluncurkan inovasi desain produk dengan
berbagai tema yang disesuaikan tren dan selera pasar. “Misalnya tema air, kami
angkat seperti bentuk rumput laut dan ikan,” imbuhnya.

Artin pun
menceritakan, sang pemilik menekuni bisnis kerajinan perak di Kotagede ini
sebagai salah satu upayanya meneruskan warisan budaya Tanah Air. “Karena sejak
zaman Mataram Kuno, daerah ini banyak para pengrajin perhiasan,” terangnya.

Produk-produk
HS Silver telah mampu menembus pasar ekspor, antara lain ke negara-negara
Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika Serikat. “Kita unggul karena handmade. Seperti di Eropa, mereka
sangat senang dengan
filigree,
yaitu kerajinan perak yang bentuknya benang-benang disusun menjadi suatu
model,” jelasnya.

 

 

(TOP)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

UmrahCash dan VIDA Hadirkan Solusi Aman & Praktis

UmrahCash berkolaborasi dengan VIDA, penyedia identitas digital terkemuka di Indonesia, menghadirkan dompet digital syariah yang aman dan praktis khusus...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img