Moneter.co.id – PT Mayora Indah Tbk (MYOR) telah menyerap 100% dana hasil obligasi berkelanjutan I tahap I tahun 2017 sebesar Rp 500 miliar. Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) dengan target dana Rp 2 triliun. Demikian disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (10/7).
MYOR menjelaskan bahwa dana ini digunakan untuk dua keperluan perusahaan. Pertama, untuk pelunasan sukuk mudharabah II tahun 2012 sebesar Rp 250 miliar, kedua dana Rp 249 miliar digunakan untuk modal kerja.
Modal kerja ini meliputi pengembangan operasional pabrik MYOR dan pembelian bahan baku lainnya. Pabrik yang dimaksud yaitu pengembangan pabrik di Balaraja, Banten.
Pabrik ini memiliki luas 40 hektare yang terdiri dari gudang dan pabrik. Pengembangan ini berupa penambahan kapasitas untuk menunjang kebutuhan bahan baku.
Sebagai informasi, perusahaan konsumer ini menargetkan penjualan tahun ini bisa tumbuh 9% menjadi Rp 20,1 triliun dari sebelumnya Rp 18,35 triliun.
Hingga kuartal I-2017 MYOR mencatat penjualan Rp 4,89 triliun, angka ini meningkat 6,4% year on year (yoy). Sementara laba bersih tumbuh tumbuh 11,6% yoy menjadi Rp 367 miliar.
Sebelumnya, Analis NH Korindo Sekuritas, Joni Wintarja menjelaskan, pada tahun 2017 emiten consumer goods diprediksi kinerjanya akan lebih baik dibanding tahun kemarin.
Namun ada beberapa tantangan di sektor ini yaitu penurunan harga komoditas seperti sawit dan batubara. Meskipun efeknya tidak langsung namun ini cukup menggerus daya beli masyarakat yang penghasilannya dari komoditas tersebut.
Lebih spesifik, Joni menilai untuk sektor poultry yang menjadi tantangan yaitu tingginya harga jagung, sudah dua kali lipat harga acuan pemerintah.
Kemudian untuk ICBP persaingan yang ketat terus menggerus market share yang saat ini menguasi 70%. “INDF tantangannya lebih ke harga komoditas, untuk UNVR dan MYOR masih lampu hijau,” tegas Joni.
Rep.Hap