Moneter.id – Selalu
menyediakan waktu untuk mengunjungi alim ulama dan para santri penuntut ilmu
agama di berbagai pesantren merupakan salah satu amanat Presiden Soeharto
kepada anak-anaknya semasa hidupnya.
Putra-putri Pak Harto pun terus menjalankan kebiasaan tersebut sebagai
salah satu bakti mereka kepada Sang Ayah.
Kenyataan
itu dibeberkan Mbak Tutut kepada wartawan dalam sebuah pertemuan informal di
rumah kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Mbak Tutut, kebiasaan Pak Harto
itulah yang membuat almarhum memiliki kedekatan dengan berbagai ulama dan
pesantren yang mereka pimpin, saat Pak Harto mengemban amanat sebagai presiden.
Salah
seorang kyai yang dikenalnya sangat dekat dengan Pak Harto adalah KH Muhammad
Ma’sum, pendiri dan Pembina Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur.
“Sebagai
wujud meneladani almarhum Bapak pula, maka perjalanan mengunjungi beberapa
pesantren di Jawa Timur ini kami lakukan,” kata Mbak Tutut.
Bersama
adiknya Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mbak Mamiek, rombongan Putri sulung
Pak Harto itu akan mengunjungi pesantren Tambak Beras di Jombang dan Pondok
Pesantren Al Kamal di Blitar.
Sebagaimana
diketahui masyarakar luas, Pak harto semasa hidupnya rajin melakukan kunjungan
incognito atau blusukan ke berbagai pesantren. Bedanya, saat itu Pak Harto
tidak pernah membawa rombongan kru media dan kru televisi.
Misal,
pada 25 Juli 1970 Pak Harto bersilaturahmi ke Pesantren Tebuireng, Jombang,
dalam rangkaian kunjungan incognito beliau. Dalam perjalanan menuju pesantren,
Pak Harto sempat singgah di Desa Sentul, Kecamatan Tembalang, Jombang, untuk
menyaksikan proyek Bimas setempat.
Di sana
Pak Harto melihat sebuah pameran hasil bumi dan kerajinan yang digelar
penduduk. Momen itu bisa dilihat dalam gambar di Museum Purna Bhakti Pertiwi.
Pesantren
pertama yang dikunjungi Pak Harto saat itu adalah Pesantren Bahrul Ulum, Tambak
Beras, Tambakrejo-Jombang. Pesantren ini didirikan Kyai Haji Abdus Salam,
pengikut Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan nama Mbah Soichah, tahun 1825
— atau di masa akhir Perang Jawa.
Dari
pesantren ini tampil KH Abdul Wahib Wahab yang menjadi menteri agama era
Presiden Soekarno. Di pesantren ini pula, dulu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur)
pernah menimba ilmu.
Pada
rangkaian kunjungan itu Pak Harto juga bersilaturahmi ke Pesantren Darul Ulum,
Rejoso, dan Pesantren Mambaul Maarif di Denanyar, serta Pesantren Tebu Ireng.
Pesantren
Tebu Ireng adalah pesantren terkemuka yang didirikan KH Hasyim Asy’ari tahun
1899. Bisa dibilang itulah induk pesantren-pesantren di Jawa Timur. Sejumlah
tokoh penting dalam dunia politik Indonesia lahir dari pesantren ini. Antara
lain KH Wahid Hasyim, KH Yusuf Hasyim, KH Abdurahman Wahid, dan KH Solahudin
Wahid.