Moneter.id –
Jakarta – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan inflasi
Indonesia secara tahunan (yoy) pada Desember 2024 terhadap Desember 2023
terkendali di angka 1,57 persen.
“Artinya, inflasi kita masih terkendali,
karena target pemerintah pusat, angka inflasi harus terjaga di antara 1,5
persen sampai 3,5 persen. Atau bahasa lainnya, target adalah 2,5 persen plus
minus 1 persen. Jadi 1,57 persen masuk target level bawah, yang artinya cukup
baik,” kata Tito di Jakarta, Senin (6/1/2025).
Tito menjelaskan, untuk inflasi Indonesia
secara month-to-month (m-to-m) pada Desember 2024 terhadap November 2024 berada
di angka 0,44 persen. “Inflasi terbesar terjadi pada sektor makanan, minuman,
dan tembakau sebesar 1,33 persen dengan andil inflasi 0,38 persen. Kenaikan ini
terjadi di momen acara besar, khususnya saat Natal dan Tahun Baru 2025 (Nataru),”
paparnya.
Di bidang kesehatan juga mengalami kenaikan
inflasi sebesar 0,35 persen dengan andil 0,01 persen. Selain itu, sektor
perawatan pribadi dan jasa lainnya turut memberikan andil inflasi 0,02 persen,
dengan besar inflasi 0,26 persen.
Sementara inflasi di sektor transportasi
sebesar 0,04 persen. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan biaya angkutan udara
berdampak pada tidak terjadinya inflasi yang signifikan di sektor transportasi.
Tito menyampaikan, meskipun angka inflasi
terkendali, tetapi kondisi inflasi di beberapa daerah masih tergolong tinggi,
salah satunya Provinsi Papua Pegunungan.
Dari catatan Mendagri, angka inflasi Papua
Pegunungan sebesar 5,36 persen, disusul oleh provinsi lain, di antaranya Papua
Tengah 3,27 persen, Papua Barat 2,53 persen, Bali 2,34 persen, Aceh 2,17
persen, Sumatera Utara 2,12 persen, Kepulauan Riau 2,09 persen, Kalimantan
Selatan 1,95 persen, Banten 1,88 persen, dan Papua Barat Daya 1,87 persen.
“Kalau target nasional, saya ulangi,
tertinggi 3,5 persen target kita nasional, 3,5 persen, maka hanya satu provinsi
yang di atas 3,5, yaitu Papua Pegunungan, 5,36 persen. Selanjutnya, apresiasi
kami sampaikan kepada daerah-daerah yang bisa menjaga pada level yang cukup
rendah, yaitu Gorontalo, Gorontalo malah minus 0,79 persen,” pungkas Tito.