Moneter.id – Pemerintah mengajak diaspora yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) untuk ikut
berkontribusi membangun perekonomian nasional, termasuk upaya pengembangan
sektor industri manufaktur.
“Mereka memiliki
peranan strategis karena telah mengenyam pendidikan dan pengalaman bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi selama di Korea,” kata Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto ketika menjadi pembicara pada Seminar Ikatan Alumni Perpika
di Seoul, Sabtu petang (8/9) waktu setempat.
Oleh karena itu, kata Airlangga, diperlukan sinergi dan
kolaborasi yang kuat, terlebih lagi untuk mewujudkan visi dasar pembangunan
industri nasional. Tujuannya yaitu memperdalam struktur, meningkatkan daya
saing di kancah global, dan berbasis pada inovasi
Di hadapan lebih dari 50 peserta, Menperin menyampaikan,
Presiden Joko Widodo telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Strategi
ini menjadi agenda nasional sebagai sebuah kesiapan dalam mengimplementasikan revolusi
industri generasi keempat.
“Pembentukan strategi tersebut guna mendukung kinerja industri
nasional di era digital, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang
inklusif,” jelasnya.
Aspirasi besar dari Making Indonesia 4.0 adalah
menjadikan Indonesia dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di
dunia pada tahun 2030.
Peluang kerja sama antara pemerintah dengan diaspora,
misalnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber daya di bidang perindustrian
nasional melalui kegiatan riset dan pemanfaatan teknologi terkini. “Salah satu
langkah strategis dalam menerapkan roadmap
Making Indonesia 4.0, yakni pembangunan infrastruktur digital dan ekosistem
inovasi,” ungkap Airlangga.
Airlangga menjelaskan, Indonesia sedang aktif megambil
peluang dalam perkembangan ekonomi digital atau industri 4.0. Terbukti dari
tujuh unicorn di Asean, empat
diantaranya perusahaan Indonesia. “Kita punya market yang sangat besar, ini menjadi kuncinya. Dalam waktu lima
tahun terakhir, perusahaan fintech global banyak masuk di Indonesia,” ungkapnya.
Terkait upaya peningkatan kompetensi SDM, Airlangga
menambahkan, Pemerintah Indonesia tengah gencar menjalankan program pendidikan
dan pelatihan vokasi. Misalnya di Kementerian Perindustrian sudah melakukan
perbaikan kurikulum kejuruan lebih dari 40 program studi, yang menerapkan 70%
praktik dan 30% teori di dalam proses pembelajarannya. “Jadi, diharapkan langkah
ini memacu pendidikan teknologi dan permesinan bisa menjadi mainstream kembali,” terangnya.
Menteri Airlangga menyatakan, beberapa perusahaan global
sudah membangun pusat penelitian dan pengembangan (RnD) di Indonesia. “Contohnya,
Apple di Tangerang, kemudian Daihatsu di Karawang yang punya RnD center dan fasilitasnya lebih bagus
daripada di Jepang, bahkan produknya juga dijual ke Jepang,” sebutnya.
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah yang fokus
pada pengembangan SDM dalam membangun ekosistem inovasi dan menciptakan iklim
investasi yang kondusif.
“Untuk investasi, saat ini sudah ada Online Single Submission (OSS). Jadi lebih mudah dan cepat. Bahkan,
bagi mereka yang mau investasi di kawasan industri yang telah tersedia,
pemerintah jamin tiga jam perizinannya selesai,” jawab Airlangga.
(TOP)