Moneter.co.id – Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto
berpandangan bahwa Indonesia dalam proporsi ekonominya dapat dikategorikan
sebagai sebuah negara industri. Pasalnya, sektor industri merupakan kontributor
terbesar bagi perekonomian nasional dengan sumbangannya mencapai lebih dari 20
persen.
“Capaian 20 persen sangatlah besar, sehingga Indonesia
masuk dalam jajaran elit dunia. Dalam kategori manufacturing value added, Indonesia masuk dalam 10 besar dunia. Peringkat ini sejajar dengan Brasil dan Inggris
serta lebih besar dari Rusia,” kata Menperin ketika menyampaikan orasi ilmiah
pada Wisuda Universitas Muhammadiyah Malang ke-86 Periode IV Tahun 2017 di
Malang, Sabtu (25/11).
Sementara itu, berdasarkan jumlah persentase tersebut,
Indonesia masuk dalam jajaran lima besar negara-negara dunia yang kontribusi
industrinya cukup tinggi. Sementara Inggris menyumbangkan
sekitar 10 persen, sedangkan Jepang dan Meksiko di bawah Indonesia dengan
capaian kontribusinya 19 persen. “Bahkan, kita juga berada di atas Amerika Serikat,” imbuhnya.
Menurut Airlangga, dunia saat ini sudah memandang
bahwa manufaktur adalah sektor yang vital bagi perekonomian. Hal ini telah
disepakati dalam World Economic Forum, yang menyatakan bahwa industri adalah
sebuah proses yang melibatkan pra-proses dan post-proses sebagai satu kesatuan.
Dalam bahasa sederhanya, proses industri adalah yang terjadi di dalam dan luar
pabrik.
“Keduanya tidak dapat dipisahkan. Maka dengan
paradigma baru ini kontribusi industri Indonesia dapat mencapai lebih dari 30
persen. Tentu ini semakin menegaskan pentingnya industri bagi perekonomian nasional,”
tegasnya.
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan, kinerja industri kembali di atas pertumbuhan ekonomi pada triwulan III
tahun 2017. Ini merupakan momentum baik, yang harus dijaga bahkan perlu
ditingkatkan lagi, seiring upaya pemerintah menciptakan iklim investasi yang
kondusif dan kemudahan berusaha. Langkah ini perlu dijalankan secara sinergi di
antara pemangku kepentingan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan
industri non-migas tumbuh sebesar 5,49 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi yang mencapai 5,06 persen pada triwulan III/2017. Cabang industri yang mengalami
pertumbuhan tinggi adalah industri logam dasar sebesar 10,6 persen, diikuti industri
makanan dan minuman 9,49 persen, industri mesin dan perlengkapan 6,35 persen, serta
industri alat transportasi 5,63 persen.
Menperin menambahkan, dalam kurun lima sampai 10 tahun
ke depan, potensi industri juga diandalkan oleh negara-negara lain. Untuk itu,
kunci sukses dalam industrialisasi terdapat tiga faktor utama, yaitu sumber
daya manusia (SDM), modal atau investasi, dan teknologi.
“Peningkatan kompetensi SDM
melalui pendidikan vokasi merupakan program prioritas pemerintah saat ini setelah
pembangunan infrastruktur. Penyiapan SDM terampil bertujuan untuk membentuk dan
menghasilkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri atau demand driven,” paparnya.
Oleh karenanya, Menperin mengimbau kepada para lulusan Universitas Muhammadiyah Malang sebagai generasi muda Indonesia, harus
memacu kompetensinya dengan fasih berbahasa Inggris serta mampu memahami
mengenai statistik dan coding. Ini
menjadi salah satu prasyarat menghadapi era ekonomi digital.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima cendera mata berupa lukisan yang diserahkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Drs. Fauzan, M.Pd pada Wisuda Sarjana ke 86 Periode IV Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, (25/11).
“Nilai bisnis industri e-commerce Indonesia
mencapai USD12 miliar. Peluang ini yang perlu segera dimanfaatkan. Apalagi,
saat ini dunia digital menjadi solusi bagi semua sektor, termasuk di industri
kecil dan menengah,” ungkapnya.
Dalam acara ini, Menteri Airlangga diangkat
menjadi Warga Kehormatan Universitas Muhammadiyah Malang. Pada angkatan ke-86
ini, Universitas Muhammadiyah Malang mewisuda sebanyak 1.406 lulusan yang
terdiri dari tingkat Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.
Daya saing unggul
Selanjutnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing industri
nasional agar mampu kompetitif di tingkat global. Untuk itu, berbagai kebijakan
telah dikeluarkan guna memberikan kemudahan bagi para investor berusaha di
Indonesia.
“Bapak Presiden Joko Widodo telah mengamanatkan kepada
saya bahwa kita harus meningkatkan daya saing industri Indonesia,” ujarnya.
Apalagi, aktivitas industri membawa efek yang luas bagi ekonomi nasional
seperti peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan
tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.
Menperin mengungkapkan, industri nasional saat ini
memiliki posisi yang tidak bisa diremehkan, karena Indonesia termasuk dalam
negara-negara produsen utama untuk beberapa produk unggulan yang telah
mendunia. “Misalnya, produsen mi instan terbesar di dunia adalah perusahaan dari
Indonesia, yaitu Indofood,” tuturnya.
Kemudian, mainan boneka merek Barbie yang sudah
mendunia, mayoritas produksinya dari Indonesia. “Jadi, kalau enam dari 10 boneka
yang beredar itu berasal dari Indonesia, karena saat ini kita adalah produsen
Barbie terbesar di dunia atau telah mengungguli produksi China,” paparnya.
Di sektor otomotif, industri kendaraan di Indonesia
juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kemajuan industri otomotif nasional
telah diapresiasi di seluruh dunia. “Contohnya mobil Calya dan Sigra itu dari
mulai desain dan proses produksi, seluruhnya melibatkan putra-putri Indonesia
dengan tingkat kandungan dalam negeri yang mencapai 94 persen,” ungkapnya.
Dengan kemampuan tersebut, beberapa produsen besar
dunia seperti Daihatsu dan Toyota telah menegaskan bahwa Indonesia akan menjadi
basis produksi industri utama mereka baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik
maupun ekspor.
Lebih lanjut, di sektor industri Agro, Indonesia punya
kekuatan yang cukup besar di industri kelapa sawit serta industri pulp dan kertas.
Indonesia adalah produsen nomor satu di dunia untuk minyak kelapa sawit serta
nomor enam untuk penghasil pulp dan kertas. “Oleh karena itu, ke depannya kami akan
terus mendorong agar hilirisasi Industri di sektor ini dapat terus berjalan,” kata
Airlangga.
Menperin menambahkan, daya saing industri logam dasar di
Indonesia juga terus meningkat, salah satunya dibuktikan oleh kabupaten dengan
pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Indonesia, yaitu Morowali, Sulawasi
Tengah. Di kabupaten ini berdiri kawasan industri Morowali yang menjadi basis
industri smelter nikel.
“Dengan alamnya yang kaya akan nikel, kami terus dorong
Morowali untuk program hilirisasi industri pengolahan nikel,” ujarnya. Saat ini,
kabupaten tersebut telah menjadi produsen stainless
steel dengan kapasitas sebesar dua juta ton pada tahun ini dan diharapkan
pada tahun mendatang dapat mencapai tiga juta ton.
SDM sebagai Fondasi
Menperin menjelaskan, daya saing Indonesia membutuhkan
fondasi yang kokoh pada sisi sumber daya manusia (SDM). Langkah ini menjadi
salah satu fokus Presiden Joko Widodo, termasuk dalam upaya mendorong
pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional.
Model ini diadopsi dari penerapan dual system di Jerman dan Swiss. “Guna memacu kualitas SDM industri,
Kementerian Perindustrian telah melaksanakan melalui dua program, yaitu link and match SMK dan industri serta
pelatihan 3in1,” ucapnya.
Oleh karena itu, Menperin menilai peran perguruan
tinggi sangat penting untuk mendukung fondasi dalam penguatan daya saing
Indonesia. “Karena perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk mencetak
generasi yang unggul dan berdaya saing serta mampu menjawab tantangan global
saat ini,” terangnya.
Selanjutnya, mengenai kesiapan Indonesia menghadapi
revolusi industri keempat atau Industry 4.0, Menperin mengajak kepada seluruh
pelaku industri dalam negeri agar memanfaatkan teknologi terkini untuk
mendukung produksinya.
“Revolusi industri keempat adalah di mana internet
menjadi bagian integral dari proses di industri,” jelasnya. Industry 4.0 ini
memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia karena punya banyak
potensi, antara lain jumlah pengguna internet dan telepon seluler, jumlah
universitas, permintaan domestik, serta kontribusi manufaktur yang sangat
besar.
“Revolusi industri keempat ini sangat erat kaitannya
dengan otomatisasi. Saat ini, sudah mulai diterapkan di Indonesia khususnya di
industri makanan dan minuman serta industri otomotif. Akan menyusul di industri
semen dan permesinan,” paparnya.
Bahkan, pelaku industri kecil dan menengah (IKM)
Indonesia juga telah bertransformasi untuk menghadapi era digital tersebut
dengan bergabung ke program yang diinisiasi oleh Kemenperin, yaitu e-Smart IKM.
“Program ini telah melibatkan lebih dari 1300 pengusaha dan kami targetkan akan
mencapai 10.000 pengusaha pada tahun 2019,” ungkapnya.
Dengan upaya penyiapan tersebut, Menperin mendorong
universitas di Indonesia termasuk Universitas Muhammadiyah Malang dapat menjadi
pusat inovasi untuk mendukung sektor industri.
“Kami merasa bangga dan mengapresiasi kepada Tim Robot
Universitas Muhammadiyah Malang yang menjuarai kontes robot internasional dalam
Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC),” ujar Airlangga.
Prestasi ini diharapkan menjadi fondasi untuk membangun
pusat inovasi robotik di Indonesia. (TOP)