Selasa, Oktober 7, 2025

Moka Beri Pelaku UKM Strategi Bisnis Hadapi Covid-19 di Tengah Bulan Suci Ramadan

Must Read

Moneter.id – Moka, startup penyedia
layanan kasir digital, menghadirkan data dan wawasan terkini mengenai bisnis di
bulan Ramadan di tengah pandemik COVID-19.

Paparan data dan diskusi interaktif ini memberikan
tiga gambaran utama untuk bisnis, yaitu tradisi belanja industri F&B, ritel
dan jasa di bulan Ramadan, antisipasi & strategi brand, dan
perubahan perilaku konsumen akibat COVID-19.

 

Sesuai dengan semangat Moka untuk tumbuh dan berkembang bersama pelaku UKM,
webinar pertama dari wadah edukasi A Cup of Moka (ACOM) diharapkan dapat
memberikan pelaku UKM wawasan untuk mendorong performa bisnis, terutama di masa
sulit seperti ini.


Selama Pandemik COVID-19, penurunan pendapatan harian di berbagai industri
bisnis tidak dapat dihindari. Tercatat pada industri F&B, pendapatan harian
bisnis turun hingga lebih dari 40%, bahkan 1 dari 3 bisnis F&B di Indonesia
menunjukkan penurunan signifikan saat COVID-19. Dibalik itu, data Moka
menunjukkan penggunaan jasa layanan antar meningkat hingga 30%.


Jika melihat dari tren konsumsi di bulan Ramadan sebelum krisis pandemik
COVID-19 ini, terjadi peningkatan sebanyak 67% dari jumlah gerai F&B yang
beroperasi di antara jam 2-4 pagi.

 

Baca juga: Dampak Virus Corona, Pendapatan Industri F&B dan Pendapatan Harian
Industri Ritel Terjun Bebas

 

Dalam jangka waktu ini, konsumen cenderung memilih
makanan praktis untuk sahur dan membeli untuk hidangan grup hingga 5 produk per
transaksi. Pada industri ritel fesyen, terjadi peningkatan jumlah pendapatan
hingga 50%, di mana tiga item terpopuler yang terjual selama Ramadan adalah
tunik, hijab dan gamis yang berangsur-angsur menurun kembali setelah Ramadan
usai.

 

Berbeda dengan industri ritel, jasa kecantikan justru
meningkat pendapatannya hingga 54% satu bulan setelah Ramadan. Hal itu
menunjukkan pola bahwa masyarakat seringkali melakukan perawatan kecantikan
setelah Ramadan usai.

 

Hutami Nadya, Data Analyst Moka menjelaskan
bahwa salah satu strategi yang dapat difokuskan adalah pembelanjaan online.
Untuk memaksimalkan pembelanjaan dengan jasa antar, baik untuk F&B ataupun
ritel dan service, pelaku usaha dapat berinovasi dengan membuat menu khusus delivery yang
dapat dimasak dan diolah sendiri oleh para konsumen sehingga dapat dimanfaatkan
di waktu khusus seperti sahur dan buka bersama anggota keluarga di rumah.

 

“Begitu juga dengan ritel dan jasa, pelaku usaha dapat
membuat paket khusus untuk mendorong konsumen membeli secara online dan
mengubah jasa menjadi suatu produk yang bisa digunakan oleh konsumen di rumah,”
paparnya di Jakarta, Rabu (15/4/2020).

 

“Para pelaku usaha dapat memperhatikan tren yang kini
sedang berlaku di masyarakat, misalnya kegiatan masak di rumah, bisnis F&B
dapat shifting untuk menyediakan bahan baku makanan siap masak
dengan opsi jasa pengantaran untuk mendukung social distancing,”
tambahnya.

 

Selain itu, lanjut Hutami, momen Ramadan adalah momen
yang tepat untuk berbagi bersama yang lebih membutuhkan, kita bisa mulai dengan
menambahkan opsi menu untuk didonasikan ke yang membutuhkan.

 

Untuk mendapatkan cashflow positif,
merchant juga bisa memberlakukan skema pay-it-forward untuk
pelanggan.

 

Pay-it-forward merupakan skema
di mana pelanggan dapat membeli terlebih dahulu paket produk atau jasa dari
suatu bisnis yang manfaatnya bisa dirasakan hingga beberapa waktu ke depan.
Biasanya, pelaku usaha dapat mengaplikasikan potongan harga dengan bentuk
berupa kupon untuk para pelanggan.

 

Skema ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha untuk
mendapatkan cashflow positif untuk membiayai rental tempat,
gaji karyawan, cicilan modal usaha, asuransi, stok bahan baku, dana perbaikan
dan pengeluaran lainnya.


Sementara, Farid Fatahillah, Associate Consultant Iventure menyatakan
bahwa krisis wabah COVID-19 ini telah mengubah perilaku konsumen dan
menciptakan kenormalan baru yang disebut “Stay at Home Economy”, yaitu
ekonomi yang digerakkan oleh pelaku ekonomi yang tinggal di rumah.

 

“Inilah ekonomi yang sebagian sudah kita jalani
sekarang dan dalam beberapa minggu ke depan kita akan dipaksa menjalaninya
secara penuh begitu wabah terus berkepanjangan,” ucapnya.

 

Bagi brand builder, menurut Farid, bencana
COVID-19 bukanlah semata great disaster  tapi great
correcter
. Bencana kemanusiaan seperti COVID-19, kerusakan lingkungan, dan
beragam persoalan sosial kian merajalela. Karena itu brand tak
bisa cuci tangan. Brand harus peduli dan menjadi solusi.


“Setiap brand harus menjadi brand yang
empatik. Ini adalah keharusan dan kenormalan baru,” jelasnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

UmrahCash dan VIDA Hadirkan Solusi Aman & Praktis

UmrahCash berkolaborasi dengan VIDA, penyedia identitas digital terkemuka di Indonesia, menghadirkan dompet digital syariah yang aman dan praktis khusus...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img