Moneter.id – Menteri
Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyampaikan keseriusan Pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama perdagangan yang saling
menguntungkan antara Indonesia dan Afrika, dan antara Indonesia dan Tunisia
pada khususnya.
“Di tengah ketidakpastian masa depan ekonomi global, inilah saatnya
untuk serius meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara Indonesia
dan Afrika, dan antara Indonesia dan Tunisia pada khususnya. Kerja sama yang
akan kita bangun tidak untuk mendominasi, melainkan berkolaborasi; tidak untuk
menguasai, melainkan tumbuh bersama; dan tidak untuk menjadi oposisi, melainkan
teman sejati. Dengan saling bekerja sama, maka hubungan Indonesia dan Tunisia
akan semakin erat,” ucap
Mendag pada acara Forum Bisnis Indonesia-Tunisia yang berlangsung hari ini,
Senin (25/6) di Tunis, Tunisia.
Forum Bisnis yang mengangkat tema ‘Fostering Trade, Investment, and Economic Partnership Between Indonesia and Tunisia’ ini merupakan rangkaian kegiatan misi dagang Indonesia ke Tunisia pada 24-26 Juni 2018 yang dipimpin langsung oleh Mendag. Forum Bisnis dihadiri Menteri Perdagangan Tunisia Omar Behi dan Duta Besar RI Tunis Ikrar Nusa Bhakti.
Mendag menyampaikan,
ada potensi besar di Asia dan Afrika. Jika kedua wilayah itu digabungkan, maka
akan mewakili 38% dari PDB dunia, 76% dari populasi dunia, 44% ekspor dunia,
41% dari impor dunia, serta 35% investasi asing langsung (FDI) dunia.
Indonesia,
lanjut Mendag, yang memainkan peran kunci di wilayah Asia Tenggara merupakan
gerbang yang sangat kuat dan menjanjikan untuk mengakses pasar Asia.
“Indonesia adalah pilihan yang tepat bagi Tunisia sebagai pusat
regional bisnis untuk memperluas pasar ke Asia Timur dan Eropa. Sebaliknya,
Tunisia memiliki posisi khusus sebagai pintu gerbang ke Timur Tengah, Afrika,
dan Eropa yang lebih luas di mata Indonesia,” jelasnya.
Mendag menjelaskan
potensi Indonesia sebagai mitra kerja sama strategis bagi Tunisia. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia rata-rata sebesar 5,2% selama dua dekade terakhir, didukung
oleh ekonomi makro yang stabil di bawah Pemerintahan dengan reformasi
pro-pasar.
“Indonesia, menempati
urutan ke-16 sebagai ekonomi terbesar di dunia berdasarkan Produk Domestik
Bruto (PDB), atau peringkat ke-8 berdasarkan Kemampuan Daya Beli,” ujarnya.
Pada 2025,
Indonesia akan memiliki 300 juta penduduk dengan pendapatan per kapita USD
15.000. Setengah dari total penduduk akan berada di usia kerja produktif. Pada
2050, Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia dengan populasi
yang besar, sumber daya alam yang melimpah, lokasi strategis, dan pertumbuhan
ekonomi yang positif.
“Indonesia
bertekad mencapai pertumbuhan ekspor sebesar 5,4% dan memimpin pertumbuhan investasi
dalam tiga tahun ke depan,” kata Mendag.
Sementara itu
di sektor investasi, Indonesia telah membuka 45 lini bisnis bagi investasi
asing pada daftar investasi negatif terbaru Indonesia yang dikeluarkan pada
tahun 2016, Selain itu, peringkat kemudahan berusaha di Indonesia berada pada
posisi ke-72 pada tahun 2018, atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang
berada di posisi ke-91.
“Indonesia bertekad meraih posisi ke-40 pada tahun 2019 sehingga
memberikan peluang yang lebih besar bagi investor untuk berinvestasi di
Indonesia,” imbuhnya.
(TOP)