Moneter.id – Kementerian
Perindustrian semakin memperkuat struktur industri elektronika di dalam negeri
melalui peningkatan investasi. Upaya ini selain diyakini dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional, juga diharapkan mampu memacu daya saing sektor
manufakur nasional sehingga bisa menjadi bagian dari rantai pasok di pasar
global.
“Industri
elektronika merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya
supaya bisa lebih kompetitif di kancah domestik maupun internasional,” kata
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE)
Harjanto di Jakarta, Rabu (13/6).
Harjanto
mengungkapkan, seiring pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah dalam
menciptakan iklim usaha yang kondusif, penanaman modal di sektor industri
elektronika dan komponen di Tanah Air menunjukkan tren yang positif pada tiga
tahun terakhir.
“Kinerja
gemilang ini membawa multiplier effect
bagi perekonomian nasional, seperti peningkatan terhadap penyerapan tenaga
kerja,” jelasnya.
Kemenperin
mencatat, investasi industri elektronika mencapai Rp8,34 triliun pada tahun
2017, terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp7,65 triliun dan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar Rp690 miliar. Capaian investasi
tahun lalu tersebut, meningkat dibanding tahun 2016 yang tercatat hingga Rp5,97
triliun dan tahun 2015 di angka Rp3,51 triliun.
“Perkembangan
investasi itu di antaranya ada yang dari industri televisi, peralatan perekam, consumer electronics, dan peralatan
fotografi. Selain itu, terdapat juga industri komponen, antara lain sektor
manufaktur untuk baterai dan aki, peralatan lighting
elektrik, peralatan elektrotermal rumah tangga, serta domestic appliances,” sebutnya.
Dengan maraknya
investor industri elektronika masuk di Indonesia, lanjut Harjanto, jumlah
populasi sektor ini menjadi tumbuh yang diproyeksi mencapai 67 unit usaha tahun
2017 atau naik dibanding tahun sebelumnya sebanyak 57 unit usaha. Kemenperin
menargetkan, tahun ini bisa lebih dari 72 unit usaha.
“Sementara
itu, total penyerapan tenaga kerja di industri elektronika pada tahun 2017
sebanyak 202 ribu orang, naik dibanding tahun 2016 yang mencapai 185 ribu orang
dan tahun 2015 sekitar 164 ribu orang,” paparnya.
Harjanto
meyakini, industri elektronika nasional masih memiliki ruang dan peluang untuk
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terlebih lagi, berdasarkan peta jalan
Making Indonesia 4.0, sektor ini menjadi salah satu dari lima kelompok
manufaktur yang akan menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri generasi
keempat di Tanah Air.
Selain itu, Harjanto menyampaikan,
perusahaan elektronika asal Jepang, Sharp Corporation berkomitmen akan
meningkatkan investasi di Indonesia. Ini merupakan hasil pertemuan antara
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dengan President dan CEO Sharp Corp.
Tai Jeng Wu di Jakarta, Senin (11/6).
“Mereka melihat Indonesia merupakan
pasar potensial yang besar dan bisa menjadi basis manufaktur untuk meningkatkan
daya saing produknya guna memenuhi kebutuhan pasar domestik dan global,”
ungkapnya.
Kemenperin menyambut positif rencana
penambahan investasi tersebut dan berharap dapat terealisasi cepat serta
meningkatkan kemitraan dengan industri komponen lokal.
“Selain Sharp, sebanyak 24 industri
komponen telepon seluler (ponsel) dari China yang bermitra dengan Xiaomi, juga
telah menjajaki lokasi industri di Pulau Batam untuk berinvestasi dan mendukung
pengembangan industri ponsel di dalam negeri,” imbuhnya.
“Perkembangan bisnis ponsel saat ini
memang cepat sekali trennya berubah, sehingga dengan strategi tersebut, Nokia
menargetkan akan bisa menguasai sekitar 10 persen market share di Indonesia,” tutur Harjanto.
Kemenperin pun akan selalu mendukung
langkah yang dilakukan oleh Nokia itu sekaligus mengajak untuk meningkatkan
investasinya di Indonesia.
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini sudah ada sebanyak 30 industri komponen ponsel
dan komputer tablet di dalam negeri, yang antara lain memproduksi PCBA,
adapter (travel charger), earphone, kabel USB, chasing baterai, cell baterai lithium,
bahan baku baterai lithium, serta karton box, manual box, dan kartu garansi.
Sementara itu, terdapat tiga industri ponsel di dalam negeri
yang telah mempunyai fasilitas surface
mount technology (SMT), yakni PT Samsung Electronics Indonesia, PT Satnusa
Persada dan PT Oksha Teknologi Indonesia.
(TOP)