Moneter.co.id – Kementerian
Perindustrian telah menjalankan program Santripreneur melalui pelatihan
pengembangan unit usaha kopi olahan di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kabupaten
Bandung, Jawa Barat pada Maret 2018. Dalam jangka waktu sebulan dari pelatihan
tersebut, Koperasi Ponpes Al Ittifaq berhasil meningkatkan nilai jual produk
kopinya.
“Sebelumnya
Koperasi Ponpes Al Ittifaq hanya menjual kopi dalam bentuk ceri (buah) senilai
Rp6.000 per kilogram (kg). Namun, setelah diberikan pembinaan dan fasilitasi
mesin peralatan, saat ini mampu memproduksi kopi roasting dengan harga Rp250
ribu per kg,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Gati
Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (31/5).
Menurut Gati,
Ponpes Al Ittifaq Kabupaten Bandung memiliki potensi besar dalam pengembangan
IKM kopi olahan. Ponpes tersebut memiliki kebun kopi seluas 30 hektare dan
didukung dengan 130 hektare yang dimiliki alumni ponpes. “Setiap minggunya,
kebun kopi mereka mampu menghasilkan 60 kg kopi dalam bentuk mentah,” ujarnya.
Saat ini,
Koperasi Ponpes Al Ittifaq telah berhasil mengolah kopi mentah menjadi roast bean lebih dari 2kg per hari.
“Dalam satu bulan, kopi roast bean
yang dihasilkan mencapai 60kg yang dikerjakan oleh lima orang santri. Jadi, ada
peningkatan nilai tambah produk,” lanjut Gati.
Diprediksi pada
bulan Juni dan Juli 2018, akan memasuki masa panen dan dapat menghasilkan
jumlah kopi yang lebih banyak.
Mengenai
strategi penjualan, Gati mengungkapkan, santri sering menawarkan kepada para
tamu atau pengunjung ponpes yang setiap harinya bisa mencapai 100 orang. Selain
itu dipromosikan melalui sosial media dan marketplace.
“Mereka sudah
memanfaatkan pasar online, dan sekarang sedang diurus izin edar makanan dari
BPOM agar usahanya punya sertifikat dan pemasaran produknya bisa lebih luas
lagi,” tuturnya.
Gati juga
menyampaikan, pihaknya bakal memfasilitasi Koperasi Ponpes Al Ittifaq agar
berpartisipasi melalui program e-Smart IKM. Hal ini sebagai salah satu langkah
strategis untuk menuju implementasi revolusi industri 4.0 sekaligus memperluas
pasar ekspor.
“Dalam
mendukung industri 4.0, ponpes berperan strategis dalam memacu pertumbuhan
industri di Indonesia dalam pemberdayaan UMKM melalui penguasan teknologi,”
terangnya.
Hingga saat ini, sebanyak 1.730 pelaku IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM. Sampai tahun 2019, Kemenperin
menargetkan dapat mengajak hingga 10
ribu pelaku IKM seluruh
Indonesia untuk mengikuti
lokakarya tersebut.
Maka itu, melalui program Santripreneur, Kemenperin terus berupaya mendorong penumbuhan dan
pengembangan wirausaha industri baru. “Pondok pesantren diharapkan mampu
mencetak entrepreneur berbakat yang
tidak hanya bisa berdakwah kepada umat, namun juga menyejahterakan umat dalam
menciptakan banyak lapangan pekerjaan,” jelas Gati.
Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, selama ini ponpes turut berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi, mengingat sudah banyak yang mendirikan koperasi,
mengembangkan berbagai unit usaha baik skala kecil maupun menengah, bahkan ada
yang memiliki inkubator bisnis.
“Ini tentu
anugerah dari Allah SWT yang harus kita syukuri bersama. Potensi kita sangatlah
besar dengan ditopang oleh banyaknya kampus dan pesantren di Indonesia yang
tidak dimiliki oleh negara lain di dunia,” paparnya
Dengan
perkembangan era digital saat ini, Menperin pun optimistis, para santri mampu menjadi agen perubahan yang strategis
dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang.
“Untuk itu,
santri kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, baik agama maupun
wirausaha. Mereka yang mayoritas generasi milenial, juga perlu menguasai
teknologi terkini,” imbuhnya.
(TOP)