Moneter.id – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat menyumbangkan 12,17
milyar US$ kepada negara pada 2018 dari aktivitas perdagangan sektor hasil
hutan. Angka ini merupakan rekor tertinggi yang dicatatkan oleh sektor hasil
hutan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mengaku cukup puas karena angka capaian tersebut
yang merupakan wujud keberhasilan para stakeholder sektor LHK yang telah mau
mengikuti langkah-langkah koreksi (Corrective Actions) untuk perbaikan
pengelolaan sektor LHK. Beliau meminta keberhasilan ini harus diestafetkan
terus dimasa-masa selanjutnya.
“Sasaran di tahun 2019 adalah keseimbangan kelestarian lingkungan
dalam pembangunan, meningkatkan sumbangan ekonomi melalui konfigurasi bisnis
baru dan circular ekonomi, serta memperkuat aksi korektif sebagai landasan
pembangunan berikutnya,” ujar Menteri Siti.
Menteri Siti juga mengungkapkan bahwa laju deforestasi di Indonesia terus
menurun dan sudah dapat dikendalikan. Hal ini menurutnya terkait dengan
langkah-langkah perbaikan yang terus dilakukan oleh KLHK dibantu dengan dunia
usaha dan masyarakat, seperti contohnya pada penerapan sistem legalitas kayu
dan penegakan hukum LHK yang tentu saja berkontribusi positif dalam penurunan
laju deforestasi hutan.
Sementara, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)
Purwadi Soeprihanto menyatakan bisnis sektor kehutanan semakin berkembang
dengan adanya arahan dari KLHK untuk menerapkan Corrective Actions.
“Saat ini kami bisa membuktikan bahwa sektor kehutanan bukanlah sunset
industri, pada tahun 2018 ini kami mencatat rekor tertinggi penyumbang devisa
dari sektor hasil hutan yaitu sebesar 12,17 Milyar US$,” ujar Purwadi.
Purwadi menambahkan jika kontribusi devisa sebesar 12,17 Milyar US$ ini
merupakan buah dari pergeseran penggunaan bahan baku untuk industri kehutanan
dari hutan alam ke Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan pergeseran ini
dipastikan kelestarian hutan terwujud dan bisnis sektor kehutanan akan semakin
berkembang.
“Besaran jumlah bahan baku kayu industri kehutanan tahun 2018 ini
sebanyak 37 juta m3 bersumber dari HTI dan hanya tinggal 5,6 juta m3 yang
bersumber dari hutan alam”, ungkap Purwadi.
Hal lain yang mendorong kelestarian hutan dan tentunya bisnis sektor
kehutanan menurut Purwadi adalah adanya arahan dari KLHK untuk meningkatkan
produktivitas kayu dari hutan alam dengan teknik silvikultur intensif. Dengan
teknik ini produktivitas kayu dalam suatu areal dapat meningkat, sehingga
mengakibatkan luasan areal hutan alam yang dieksploitasi semakin kecil, hutan
semakin lestari.
Menurut Purwadi, beberapa poin Corrective Actions untuk perbaikan dibidang
bisnis kehutanan yang diarahkan oleh KLHK, yaitu penerapan sistem Online dalam
bisnis pengelolaan hutan (SVLK, SILK, SIPUHH, SIMONTANA).
“Lalu, perbaikan tata kelola air (water management) dan pemulihan gambut di
dalam areal konsesi. Peningkatan produktivitas hutan alam,” tambahnya.
Selain itu, kata Purwadi, optimalisasi pemanfaatan hasil hutan (optimalkan
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan) serta integrasi sosial
dalam proses bisnis, sebagai kesatuan ekosistem.