Moneter.id – Dalam laporan yang dirilis United Nations Industrial
Development Organization (UNIDO), terjadi perlambatan
pada sektor manufaktur di beberapa belahan
dunia pada kuartal I/2019. Hal ini
terjadi karena dampak perang dagang Amerika Serikat dan China serta
pemberlakuan tarif dari Uni Eropa.
Berdasarkan data UNIDO, pada kuartal I/2019,
tingkat pertumbuhan manufaktur dari negara-negara industri hanya sekitar 0,4%
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan
ini terjadi secara konsisten di setiap triwulan, yang sebelumnya mencapai 3,5%
pada akhir 2017.
Contohnya, Amerika Utara mencatat tingkat pertumbuhannya
secara year-on-year (y-o-y) hanya 1,8%.
Ini menunjukkan penurunan 2,5% dari capaian pada
kuartal IV/2018.
Berikutnya, tingkat pertumbuhan negatif dialami oleh
Amerika Latin pada kuartal I/2019. Kontraksi
terjadi 1,2% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya, terutama disebabkan oleh resesi yang berkelanjutan dari Argentina
dan penurunan angka manufaktur Brasil.
Sementara itu, akibat ketidakpastian akibat rencana Inggris
menarik diri dari Uni Eropa (Brexit) akan berdampak bagi masa depan ekonomi di
wilayah tersebut.
Merujuk data UNIDO, pertumbuhan sektor industri manufaktur
di Eropa hanya 0,3%. Selanjutnya,
data kuartal I/2019 menunjukkan pula tingkat
pertumbuhan sektor manufaktur yang anjlok secara y-o-y dialami oleh dua
negara ekonomi besar di wilayah Eropa, yakni Jerman dan Italia, yang masing-masing
turun 2,3% dan 0,9%.
Data UNIDO juga memperlihatkan, pertumbuhan sektor
industri yang negatif di beberapa negara Asia, antara lain adalah Taiwan -3,7%,
Korea Selatan -1,7%, Jepang -1,1%,
dan Singapura -0,3%. Namun, di antara negara Asia lainnya
tersebut, pertumbuhan justru meningkat di Indonesia dan Vietnam yang masing-masing
sebesar 5,1% dan 4,1%.
Menurut Kepala Statistik UNIDO Shyam Upadhyaya, meskipun
secara global mengalami perlambatan, pertumbuhan sektor manufaktur di skala
menengah dan berbasis teknologi tinggi tetap lebih dominan dibanding sektor yang
teknologinya rendah.
“Ini merupakan suatu pergeseran menuju manufaktur yang
berteknologi tinggi dan menunjukkan bahwa perubahan struktural sedang
berlangsung,” ungkapnya.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian
Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, saat
ini perekonomian global sedang melambat, karena ada faktor-faktor internasional.
“Kondisi ini berimbas pada produksi sektor
industri di sejumlah negara dunia,” katanya di Jakarta, Jumat (11/10).
Seperti diketahui, PDB dari sektor
manufaktur di Indonesia mencapai Rp565 triliun pada kuartal II/2019,
meningkat dibanding perolehan di kuartal I/2019
sebesar Rp555 triliun. Capaian kuartal II tersebut tertinggi, karena rata-rata PDB manufaktur Indonesia per
kuartal sekitar Rp468 triliun dari periode 2010-2019.