Moneter.co.id – Dalam kurun waktu empat
tahun, yakni 2015-2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
membangun tujuh bendungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembangunan
ketujuh bendungan akan menampung 188 juta m3 volume air yang dapat dimanfaatkan
untuk irigasi, sumber air baku, pembangkit listrik dan pariwisata.
Menteri PUPR
BasukI Hadimuljono mengatakan bahwa ketersediaan air menjadi kunci pembangunan
di NTT. Hal ini merupakan kerja nyata mewujudkan Nawa Cita dalam konteks
membangun dari pinggiran dan mendukung ketahanan air dan pangan.
Bendungan yang dibangun
merupakan bagian dari 49 bendungan baru yang diprogramkan pada masa pemerintahan
Presiden Joko Widodo.
“Biaya pembangunan tujuh
bendungan tersebut Rp 5,9 triliun. Sangat penting bagi masyarakat NTT yang
kerap mengalami kekurangan air,” kata Dirjen Sumber Daya Air Imam Santoso,
Selasa (09/01).
Imam menjelaskan, sebanyak
empat bendungan nantinya akan berada di Pulau Timor yakni, Bendungan Raknamo,
Rotiklot, Manikin, dan Kolhua. Sedangkan tiga lainnya berada di Pulau Flores
yakni Bendungan Napun Gete, Temef dan Mbay.
Dari tujuh bendungan, satu
bendungan telah selesai yaitu Raknamo, 3 bendungan dalam tahap konstruksi yaitu
Rotiklot, Napun Gete dan Temef serta 3 bendungan dalam tahap perencanan dan
persiapan yaitu Mbay, Manikin dan Kolhua.
Bendungan Raknamo dimulai
pembangunannya (groundbreaking) oleh Presiden
Jokowi pada tanggal 20 Desember 2014 dan akan diresmikan pengisiannya oleh
Kepala Negara pada 9 Januari 2018. Penyelesaian pembangunan bendungan ini lebih
cepat 13 bulan dari target semula yakni Januari 2019.
Proses yang cepat
dimungkinkan karena pengadaan lahan berjalan lancar atas dukungan penuh dari
masyarakat NTT, kondisi jalan akses yang baik, sehingga mobilisasi alat berat
mudah dilakukan dan dapat bekerja hingga tiga shift sehari.
Setelah Raknamo,
berikutnya akan selesai Bendungan Rotiklot dengan kapasitas 3,2 juta m3 pada
Maret 2018 atau lebih cepat 8 bulan dari jadwal semula.
“Bendungan Rotiklot berada
di Atambua Kabupaten Belu. Daya tampungnya relatif kecil karena daerahnya
sangat kering,” kata Imam.
Kemudian, Bendungan Napun
Gete berkapasitas tampung 6,9 juta m3 ditargetkan selesai tahun 2020, sementara
Bendungan Temef dengan kapasitas tampung56 juta m3 dengan target selesai tahun
2022.
Selain bendungan,
Kementerian PUPR juga membangun embung di NTT. Dalam kurun waktu 2015-2017
telah dibangun embung di 288 lokasi dengan biaya Rp 665,2 miliar. Tahun 2015
dibangun di 136 lokasi dengan biaya Rp 245,6 miliar. Tahun 2016 sebanyak 101
lokasi dengan biaya Rp 257,8, 2017 di 27 lokasi dengan biaya Rp 129,5 miliar.
Tahun 2018 akan
dilanjutkan pembangunan embung di 24 lokasi dengan biaya Rp 32,04 miliar.
Kementerian PUPR juga merealisasikan program penyediaan dan pengelolaan air
tanah dan air baku melalui pembangunan 278 sumur bor dengan biaya Rp 256,08
miliar.
(HAP)