Minggu, Oktober 5, 2025

Sepanjang Maret 2019, Indeks PMI Manufaktur Indonesia di Level 51,2

Must Read

Moneter.id – Indeks
manajer pembelian (Purchasing Managers Index/PMI)
manufaktur Indonesia berada di level 51,2
sepanjang Maret 2019. Angka tersebut melonjak dari
bulan sebelumnya yang berada di level 50,1
. Peringkat di atas 50 menandakan sektor manufaktur
tengah ekspansif.

“Artinya,
dari capaian tersebut,
kepercayaan diri para investor di sektor industri masih
tumbuh. Selain itu, mereka
melihat
bahwa
iklim usaha di Indonesia
tetap stabil dan telah
mampu mengelola ekonomi melalui norma baru,” kata Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (1/4).

Indeks
yang dirilis Nikkei setiap bulan tersebut memberikan gambaran tentang kinerja
industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari pertanyaan seputar
jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu
pengiriman. Data indeks yang mencapai
level 50 juga menunjukkan
peningkatan di semua variabel survei.

Survei
PMI manufaktur dikompilasi dari respons bulanan terhadap kuesioner yang
dikirimkan kepada
eksekutif
pembelian di lebih dari 300 perusahaan industri yang dibagi dalam delapan
kategori, yakni
logam
dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin,
tekstil dan
busana,
kayu dan kertas, serta transportasi.

Sejak
awal tahun 2019, dalam tiga bulan terakhir indeks PMI manufaktur Indonesia
terus mengalami kenaikan, dimulai pada Januari di level 49,9 kemudian Februari
naik ke level 50,1 hingga sekarang di level 51,2.  “Kenaikan PMI ini sangat positif, membuktikan
bahwa industri manufaktur kita sedang bergeliat. Untuk itu, kami terus dorong
agar lebih produktif dan berdaya saing,” ujar Airlangga.

Dalam
survei indeks PMI pada bulan Maret dilaporkan bahwa waktu pengiriman hasil
produksi lebih cepat dibanding periode sebelumnya. Selanjutnya, ketenagakerjaan
manufaktur terus meluas, yang mendukung bisnis tetap bertahan untuk mampu
menyelesaikan beban kerja yang belum terselesaikan.
Selain itu, tingkat bisnis yang
belum terselesaikan turun selama lima bulan berturut-turut.

Secara
umum, Nikkei mencatat, para responden tetap optimis
tis tentang perkiraan
bisnis pada bulan Maret, dengan 43 persen panelis memperkirakan kenaikan output selama 12 bulan mendatang. Alasan
optimisme, termasuk proyeksi kenaikan penjualan, ekspansi bisnis terencana,
investasi kapasitas, upaya yang lebih besar pada pemasaran dan aktivitas
promosi.

Bahkan, di tingkat Asean, PMI manufaktur Indonesia pada
maret 2019 menempati peringkat ke-4 atau mampu melampaui capaian Thailand
(50,3), Singapura (47,9), dan Malaysia (47,2). PMI manufaktur Indonesia juga
lebih tinggi dari perolehan PMI manufaktur Asean sebesar 50,3.

Menanggapi data
survei PMI Manufaktur Indonesia,
Kepala Ekonom di
IHS Markit Bernard Aw
sebagai penyusun survei mengatakan, sektor manufaktur Indonesia
mengakhiri triwulan
pertama dengan catatan positif atau menunjukkan perbaikan pada kondisi bisnis selama bulan
Maret.
Data
survei terkini konsisten dengan tingkat
pertumbuhan GDP tahunan sekitar 5 persen.

“Output kembali tumbuh untuk pertama kalinya dalam tiga bulan berbarengan
dengan kenaikan
total permintaan baru yang masuk. Ini adalah pertanda baik
untuk sektor tersebut dalam
perjalanan memasuki triwulan kedua. Ekspektasi bisnis juga
bertahan tinggi, dengan 43% panelis
mengantisipasi kenaikan output selama 12 bulan mendatang,”
paparnya.

Menurut Bernard, perusahaan juga menaikkan aktivitas pembelian mereka dan
mengumpulkan lebih banyak stok input guna mengantisipasi kenaikan
penjualan. Apalagi, penurunan
inventori barang jadi utamanya dikaitkan dengan ketepatan
waktu pengiriman pesanan, yang menunjukkan
bahwa output nampaknya terus naik pada bulan April
untuk memenuhi permintaan.

Sementara untuk tahun ini, Airlangga menambahkan, Kementerian
Perindustrian memproyeksi pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4
persen. Subsektor yang diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain industri makanan
dan minuman, industri permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri
kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri barang logam, komputer
dan barang elektronika.

“Kemenperin
berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya untuk terus mendorong
industri berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial dan
pengembangan sektor swasta yang dinamis,”
tuturnya.

Airlangga
menyebut, investasi di industri manufaktur dalam negeri dapat meningkat pada
tahun ini karena pemerintah telah merilis aturan terkait dengan tax holiday yang mencakup lebih banyak
sektor, yaitu melalui PMK 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan. Selain itu, kepastian untuk mendapatkan insentif tersebut
juga lebih jelas dengan adanya online single submission (OSS).

“Artinya,
investor tidak perlu lagi menunggu, bahwa kondisi ekonomi dan politik Indonesia
dinilai stabil. Ini kesempatan Indonesia untuk terus memacu investasi, ekspor,
dan pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor industri,”
tuturnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

GIIAS Hadirkan Informasi dan Inovasi Otomotif Terbaru Bagi Pelajar dan Mahasiswa Lewat Education Day

Rangkaian pameran otomotif GIIAS Bandung 2025 yang resmi dibuka pada 01 Oktober hingga 05 Oktober 2025 di Sudirman Grand...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img