Moneter.id – Kepala
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK
Migas) Amien Sunaryadi mengatakan eksplorasi penemuan cadangan minyak dan gas
(migas) di Papua baru akan dimulai pada 2019.
“Tahun depan
akan dimulai, kami akan berkolaborasi dengan pemerintah setempat,” kata
Amien di Papua Barat dilansir Antara, Selasa (24/7).
Amien mengatakan
banyak investor dari China, Eropa, dan Amerika menyatakan berminat berinvestasi
migas di Papua, namun Amien belum menyebutkan nama perusahaan secara detail.
Amien meyakinkan
bahwa banyak data sudah menyebutkan bahwa kandungan migas di Papua besar,
tergantung dari wilayah setempat. Oleh karena itu banyak imvestor yang
menyatakan peminatan.
Potensi lokal
migas di wilayah Papua mulai dikembangkan, seperti kemampuan sumber daya
manusia mulai dipersiapkan.
Sebelumnya, sesuai program Nawacita dari kabinet Presiden Joko
Widodo, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan meresmikan Pusat Pelatihan
Teknik Industri dan Migas Teluk Bintuni (P2TIM-TB) yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan sektor industri dan migas dalam menciptakan pekerja kompeten.
“Ini adalah
salah satu jawaban untuk menurunkan pengangguran, seperti program Nawacita.
Banyak perusahaan besar untuk lapangan pekerjaan. Karena kita otonomi khusus
untuk memberi kesempatan bagi orang asli papua, untuk bisa dapat
pekerjaan,” kata Dominggus.
Dominggus
meresmikan pelatihan di Bintuni yang merupakan salah satu program unggulan
pemerintah kabupaten Teluk Bintuni sebagai salah satu daerah penghasil migas di
Papua Barat.
Pemerintah
setempat bekerja sama dengan PT Petrotekno sebagai mitra untuk mengelola dan
menyelenggarakan pelatihan teknik industri dan migas di Kabupaten Teluk Bintuni.
Pusat pelatihan
ini akan memberikan program baik dengan akreditasi nasional dan internasional.
P2TIM-TB dibangun di atas lahan seluas 9.300 meter persegi di Kampung Beimes,
Distrik Bintuni Timur dilengkapi dengan asrama siswa.
Angkatan pertama
ini berjumlah 100 orang, yang akan menjalani pelatihan selama empat bulan.
Sebesar 90% siswa pelatihan angkatan pertama merupakan putra daerah Kabupaten
Teluk Bintuni.
“Ini tanggung
jawab kita semua, tapi masyarakat masih biasa semua belum sejahtera, padahal
sumber daya alam melimpah. Maka ini harus dibangun semua,” katanya.