Moneter.co.id – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyatakan sektor pariwisata
Indonesia diproyeksi menjadi penghasil devisa terbesar pada 2019 dengan nilai
mencapai 24 miliar dolar AS melampaui sektor migas dan minyak kelapa sawit
(CPO).
Menpar menjelaskan berdasarkan riset World Bank, pariwisata menjadi salah satu bisnis
utama core business Indonesia karena menjadi penyumbang PDB, devisa
serta lapangan kerja paling mudah dan murah.
“Tahun 2019
pariwisata diproyeksikan penghasil devisa terbesar yaitu 24 miliar dolar AS
melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit. Bukan hanya penghasil
devisa terbesar biasa, tetapi terbesar dan terbaik di regional bahkan
global,” kata Arief.
Menpar Arief menjelaskan
perolehan devisa sektor pariwisata pada 2013-2015 menempati peringkat empat
setelah migas, batubara dan CPO. Namun pada 2016, devisa pariwisata menempati
peringkat kedua setelah CPO dengan nilai 13,5 miliar dolar AS.
“Pesaing
utama pariwisata Indonesia adalah Thailand dengan devisa pariwisata lebih dari 40
miliar dolar AS sedangkan negara lainnya relatif dapat dilampaui,” ujarnya.
Perusahaan media di
Inggris, The Telegraph mencatat Indonesia menjadi salah satu dari 20 negara
dengan pertumbuhan paling cepat di sektor pariwisata. Pertumbuhan pariwisata
Indonesia dinilai empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan
global.
Adapun pertumbuhan
pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen,
sedangkan industri plesiran di kawasan ASEAN hanya tumbuh 7 persen dan di dunia
hanya 6 persen.
Saat ini Kementerian
Pariwisata tengah menciptakan 10 “Bali Baru” dengan destinasi di
Danau Tiba, Tanjung Kelayang, Borobudur, Wakatobi, Morotai, Tanjung Lesung,
Kepulauan Seribu, Bromo Tengger Semeru, Mandalika dan Labuan Bajo.
Selain itu, lanjut Arief, target sertifikasi
500 ribu SDM Kepariwisataan akan dicapai pada 2019. “Hingga 3017, tercatat sudah
ada 300 ribu tenaga kerja yang sudah disertifikasi,” pungkasnya