Moneter.id –
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mencatatkan kerugian di tahun 2020
sebesar US$ 189 juta atau sekitar Rp2,69 triliun akibat permintaan energi yang
masih rendah.
Imbasnya, EBITDA perseroan hanya sebesar US$ 502 juta
atau 20% lebih rendah ketimbang pencapaian tahun 2019 lalu. Perseroan mengalami
kerugian sebesar US$ 189 juta dan termasuk satu kali penurunan nontunai sebesar
US$ 93 juta pada kuartal IV/2020.
”Harga komoditas telah membaik pada 2021, namun
pandemi belum usai sepenuhnya dan volume gas di beberapa pasar utama perseroan
masih rendah. Kami akan tetap disiplin dan menjaga fleksibilitas untuk
memanfaatkan pemulihan yang diharapkan,” kata CEO Medco Energi
Internasional, Roberto Lorato dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (2/6/21).
Kata Robert, rendahnya permintaan energi akibat
pandemi telah berdampak signifikan terhadap kinerja perseroan.
“Perseroan akan segera melakukan adaptasi untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja, mendukung masyarakat di
sekitar operasi dan menjaga likuiditas perusahaan,” ucapnya.
Meski mengalami kerugian, perseroan membukukan laba
bersih sebesar US$ 9 juta untuk periode kuartal IV tahun 2020, sebelum
penurunan nilai dan seiring pulihnya harga minyak.
Sepanjang 2020, utang Medco tercatat mencapai US$ 27
miliar atau turun 15% dibandingkan tahun 2019. Utang grup sebanyak US$ 2,3
miliar turun enam persen, utang bersih US$ 20 miliar turun empat persen, dan
utang bersih terhadap EBITDA mencapai 4,2 kali.
Diketahui, pada 2020 harga minyak hanya US$ 40,3 per
barel atau turun 36% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 62,5 per
barel.
Sedangkan harga gas tercatat US$ 5,2 per million british thermal units (MMBTU), angka
itu lebih rendah 23% ketimbang tahun 2019 yang mencapai US$ 6,7 per MMBTU.