Moneter.co.id – Industri
makanan dan minuman (mamin) nasional diyakini tetap tumbuh positif pada 2018
yang termasuk sebagai tahun politik. Momentum pemilihan kepala daerah (pilkada)
di berbagai wilayah di Indonesia berpotensi dapat meningkatkan konsumsi
produk mamin lokal.
“Trennya memang pertumbuhan
industri mamin di atas 7%, dengan catatan adanya aturan atau kebijakan yang
mendukung peningkatan produksi. Kami memproyeksi kinerja industri mamin tahun
ini sebesar 8-9%, sebagai target moderat,” kata Dirjen Industri Agro
Kementerian Perindustrian Panggah Susanto seusai acara Diskusi Media di
Jakarta, Selasa (30/1).
Berdasarkan catatan Kemenperin,
laju industri mamin pada triwulan III/2017 mencapai 9,46% atau di atas
pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,06% di periode yang
sama. “Jadi, rata-rata kuartal I-III/2017, sektor ini diperkirakan
sebesar 8,24%,” ujar Panggah.
Menurutnya, selama ini industri
mamin berkontribusi signifikan kepada pertumbuhan ekonomi nasional, terutama
sumbangsihnya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas. Pada
triwulan III/2017, tercatat industri mamin memberikan hingga 34,95% atau
tertinggi dibandingkan capaian subsektor lainnya.
Kemudian, sumbangan besar
lainnya terlihat dari nilai ekspor produk mamin pada tahun 2017 mencapai
USD31,8 miliar (termasuk minyak kelapa sawit). Adapun di luar minyak kelapa
sawit, sebesar USD11,5 miliar. “Sehingga neraca perdagangan mengalami surplus
bila dibandingkan dengan nilai impor produk mamin pada periode yang sama
sekitar USD9,88 miliar,” tutur Panggah.
Bahkan, kontribusi
penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur didominasi oleh industri mamin
sebanyak 3,3 juta orang atau sebesar 21,34%. Sementara itu, pada periode
Januari-September 2017, nilai investasi industri mamin mencapai Rp27,9 triliun
untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), sedangkan nilai investasi untuk
penanaman modal asing (PMA) sebesar USD1,4 miliar.
“Untuk
itu, mutlak dilakukan sinergi program dan kegiatan antara pemerintah dan stakeholder dalam pengembangan industri
mamin nasional, mulai dari sektor primer sebagai penyedia bahan baku, hingga
sektor industri pengolahan dan sektor moneternya,” papar Panggah.
Sedangkan,
guna memacu daya saing dan mempercepat industrialisasi, diperlukan pula langkah
strategis seperti mempermudah akses bahan baku, sistem logistik dan distribusi,
serta kegiatan penelitian dan pengembangan. Upaya ini juga mendukung dalam penerapan Industry 4.0.
“Industri mamin kita sudah
menyiapkan sarana-prasarananya, antara lain teknologi, infrastruktur yang
mendukung, dan kompetensi SDM industri. Sehingga sektor ini lebih mampu
kompetitif baik di pasar dalam maupun luar negeri,” imbuhnya.
Sementara, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menyatakan, implementasi
Industry 4.0 tidak mengurangi tenaga kerja, malah perusahaan membuka kesempatan
pekerjaan baru guna mendukung penggunaan teknologi terkini dalam upaya
meningkatkan produksi.
Adhi berharap semua pihak harus siap menghadapi
perkembangan Industry 4.0 dan ekonomi digital, termasuk dalam membangun
kompetensi SDM dan pembentukan regulasi yang mendukung dunia usaha. “Perubahan
pola pikir atau soft skill yang
terutama, di samping peningkatan perangkat kerasnya,” tuturnya.
GAPMMI optimistis industri mamin bisa tumbuh lebih
tinggi mencapai 10% atau naik dari tahun sebelumnya. “Tahun 2018 adalah tahun
politik, di mana umumnya uang beredar akan meningkat dan diharapkan dapat pula
mendongkrak konsumsi makanan dan minuman,” pungkasnya.
(HAP)