Senin, Oktober 6, 2025

Tembus Pasar Jepang Hingga Eropa, Indonesia Jadi Market Leader Kuasai Pasar Batik Dunia

Must Read

Moneter.co.id – Industri batik Indonesia dinilai telah menguasai pasar
dunia sehingga mampu menjadi penggerak bagi perekonomian nasional. Hal ini
terlihat dari capaian nilai ekspor batik dan produk batik pada tahun 2017
sebesar USD5
8,46 juta
dengan negara tujuan utama meliputi Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

“Industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan
kompetitif di pasar internasional. Indonesia juga menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia,” kata Dirjen
Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (17/5).

Gati mengungkapkan, perdagangan produk pakaian jadi di
dunia saat ini mencapai USD442 miliar. Ini bisa menjadi peluang besar bagi
industri batik nasional agar meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat batik
sebagai salah satu bahan baku untuk produk pakaian jadi.

“Industri batik kita didominasi oleh sektor IKM yang
tersebar di 101 sentra seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, total
penyerapan tenaga kerjanya mencapai 15 ribu orang,” paparnya.

Dalam rangka menggenjot produktivitas dan daya saing industri batik nasional, Kementerian Perindustrian telah
menjalankan beberapa program strategis seperti peningkatan kompetensi sumber
daya manusia dan pengembangaan kualitas produk. Selain itu, penerapan
standardisasi, fasilitasi mesin dan peralatan produksi, serta promosi dan
pameran baik di dalam maupun luar negeri.

“Salah satu, kegiatan yang kami lakukan berkat kerja sama
dengan
Yayasan Batik Indonesia
(YBI), yaitu menyelenggarakan
Pameran
Batik Warisan Budaya XII
di Plasa Pameran Industri,” tutur Gati.

Pameran ini selain bertujuan
untuk mempromosikan karya-karya
unggulan dari para pengrajin batik dalam negeri, juga guna
memperluas pasar
mereka yang didominasi oleh pelaku IKM.

Pameran yang
tahun ini mengangkat
tema Cerah Ceria
Pesona Batik Madura
, diselenggarakan
selama
empat hari, mulai tanggal 1518 Mei 2018, dengan diikuti sebanyak 48 pengrajin
batik binaan YBI
.

Dari beberapa peserta, menampilkan batik dengan penggunaan
zat warna alam sebagai upaya menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan bernilai
tambah tinggi.
Pengembangan
zat warna alam juga turut mengurangi importasi zat warna sintetik,” jelas Gati.

Di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan
dinamis, menurutnya, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus
meningkat. “Sehingga batik warna alam ini hadir menjawab tantangan tersebut dan
diyakini dapat meningkatkan peluang pasar,” imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
menyampaikan,
pihaknya terus mendorong para
pengrajin dan peneliti industri batik nasional agar terus berinovasi
mendapatkan berbagai varian warna alam. Upaya ini untuk mengeksplorasi potensi
batik Indonesia sehingga memperkaya ragam kain wastra Nusantara dengan warna
alam.

“Di samping itu, kami memiliki
program
e-Smart IKM yang
bertujuan mendorong
pelaku usaha untuk masuk dalam pemasaran online,”
ungkapnya.

Hal ini sebagai salah satu langkah strategis untuk menuju
implementasi revolusi industri 4.0.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengumumkan, bahwa
Balai Besar Kerajinan dan
Batik (BBKB) telah menemukan salah satu teknik pewarnaan kain yang dinamakan
Teknik Ringkel.

Teknik ringkel ini merupakan
pengembangan dan penggabungan dua teknik, yaitu teknik smock dan tritik jumputan,” jelasnya.

Menurut Ngakan, penamaan Ringkel sendiri berasal dari sifat produk akhir, hasil
kolaborasi teknik yang dilakukan tersebut.
Hasilnya menjadikan kain
dengan tekstur berkerut atau bahasa Jawanya ringkel,” tuturnya.

Berdasarkan penelitian BBKB, sebagai salah satu unit pelaksana teknis di
bawah BPPI yang berlokasi di Yogyakarta ini, ditemukan sedikitnya 23 desain
motif baru.

Di antara beberapa jenis bahan
yang diuji coba, yang paling optimal menghasilkan motif adalah bahan jenis mori
Primissima. Selain paling bagus motif yang dihasilkan, bahan jenis mori juga
paling mudah dalam proses pengerjaannya,” paparnya.

Bahkan dari hasil uji laboratorium, tekstil kerajinan ini mempunyai
ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat, dan sinar yang bagus.
Nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan juga cukup bagus, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan mengkombinasikan dua teknik ini memenuhi standar
kualitas sebagai produk bahan sandang.

Ngakan menilai, teknik ringkel ini sangat cocok dikembangkan oleh pelaku
IKM karena prosesnya sederhana dan tidak memerlukan alat khusus.

Dalam pemanfaatan teknologi tersebut, BBKB telah
melakukan sinergi dengan berbagai pihak khususnya Dinas terkait, dengan
memberikan pelatihan bagi pengrajin di beberapa daerah, antara lain Banyumas
(Jawa Tengah), Sleman (D.I. Yogyakarta), Sampang (Jawa Timur). Sampai tahun
2017, BBKB telah melatih sebanyak 67 IKM,” pungkasnya.

 

 

(TOP)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

GIIAS Hadirkan Informasi dan Inovasi Otomotif Terbaru Bagi Pelajar dan Mahasiswa Lewat Education Day

Rangkaian pameran otomotif GIIAS Bandung 2025 yang resmi dibuka pada 01 Oktober hingga 05 Oktober 2025 di Sudirman Grand...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img