Moneter.co.id – Porsi batu bara
dalam bauran energi pembangkit listrik tercatat sebesar 57,22% hingga akhir
tahun 2017.
Berdasarkan data dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Minggu
(4/3/2018), porsi tersebut merupakan yang terbesar di antara jenis bahan bakar
lainnya. Selebihnya berasal dari gas bumi sebesar 24,82%, Bahan Bakar Minyak
(BBM) sebesar 5,81%, dan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 12,15%. Hal
tersebut dilihat dari output produksi
listrik dari tiap jenis pembangkit yang menggunakan jenis energi tersebut.
Di sisi lain, Pemerintah
terus mengupayakan agar porsi BBM dalam bauran energi di pembangkit listrik
terus turun. Catatan akhir tahun 2017, porsi BBM tersebut mengalami penurunan
signifikan, lebih dari separuhnya dibanding bauran BBM untuk pembangkit pada
2014 yang mencapai 11,81%.
Sejak tahun 2014, pangsa
pembangkit listrik jenis BBM sendiri menurun drastis sejak 2014. Dari 11,81% di
tahun 2014 kemudian bergerak turun ke 8,58% (2015), 6,96% (2016) hingga 5,81%
(2017). Bahkan, Pemerintah menargetkan penggunaan BBM untuk pembangkit listrik
hanya 5% dari bauran energi nasional di tahun 2018.
Kementerian ESDM juga
mencatat, konsumsi listrik nasional pada akhir 2017 mencapai 1.021 kWh/kapita.
Bila dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu 2016 meningkat sebesar 65
kWh/kapita.
Kondisi ini
antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya rasio elektrifikasi dan perubahan
gaya hidup masyarakat yang semakin banyak mengkonsumsi listrik dalam kehidupan
sehari-hari.
Pasokan listrik juga terus
dioptimalkan dengan menjaga agar susut jaringan atau electricity loss dari tahun ke tahun menunjukkan
penurunan. Berdasarkan data terakhir, angka susut jaringan tahun 2014 sebesar
10,58% berhasil diturunkan menjadi 9,60% pada akhir 2017.
Upaya yang
dilakukan Pemerintah antara lain dengan memperketat pengawasan pencurian
listrik dan modernisasi sistem penyaluran dan metering.
(HAP)