Moneter.id – Dengan semakin tingginya penggunaan teknologi dan
internet dalam kehidupan sehari-hari, para pelajar tingkat akhir di SMA/SMK dan
sederajat kini juga dapat mempersiapkan ujian baik ujian negara (UN) maupun Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tidak hanya melalui buku, tetapi
menggunakan berbagai metode. Baik belajar kelompok, memanggil guru pembimbing, browsing
materi di internet, hingga bimbingan belajar online.
Menurut Google Consumer Barometer 2017, orang
Indonesia yang mengakses internet dari perangkat manapun baik PC maupun telepon
genggam mencapai 45% dan sebanyak 56% mengakses video streaming.
Tri Nuraini,
Head of PR Manager Quipper Indonesia menjelaskan
bagaimana pengguna Quipper Video begitu antusias mengakses video edukasi yang
berhubungan untuk persiapan SBMPTN.
“Menurut survey yang dilakukan
tepat saat pengumuman SBMPTN 2018 terhadap 3.000 responsden pada 3 Juli hingga
10 Juli 2018 ditemukan, sebanyak 52% dinyatakan berhasil lulus PTN,” kata Tri
disiaran persnya akhir pekan lalu.
Dari 52% tersebut, lanjut Tri,
66% diterima di jalur SBMPTN dan 34% diterima di jalur undangan SNMPTN. Angka
kelulusan SBMPTN ini naik 25% dari tahun lalu. Hal ini menunjukkan
keefektifan dan kualitas konten pendidikan yang tersedia di Quipper Video.
Lebih lanjut, Tri menjelaskan, persentase kelulusan
SBMPTN 2018 yang diperoleh oleh pengguna Quipper juga jauh lebih tinggi dari
persentase kelulusan SBMPTN 2018 secara nasional yaitu 19.28%.
Dalam survey ini juga ditemukan bahwa kebanyakan pengguna
menyukai fitur menonton video sebanyak 42% diikuti menjawab soal atau kuis
sebanyak 38% dan membaca catatan pelajaran sebanyak 20%. Angka tersebut
menunjukkan bahwa konsumsi video streaming memang tengah diminati oleh
pengguna internet khususnya generasi Z.
Kusdianto Hilman, Kepala Bidang
PTP Berbasis Radio dan Film Pustekom Kemendikbud menambahkan, bahwa
pihaknya juga telah lama mengembangkan konten-konten pembelajaran berbasis
audio visual.
Ia juga menerangkan Pustekom (Pusat Teknologi
Komunikasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah
mengembangkan televisi edukasi yang dikembangkan dengan berbasis android, hal
ini dikembangkan guna mendukung serta mengantisipasi pertumbuhan teknologi
kedepannya.
“Tapi memang
untuk pengembangan agar dapat diakses melalui mobile baru kami kembangkan,
sehingga masih perlu banyak penyempurnaan dan penambahan fitur-fitur yang di
butuhkan oleh siswa. Selain itu, Kemendikbud juga mengembangkan TV edukasi yang
dapat diakses melalui android dan juga dapat dilihat di kanal youtube,”
terang Kusdianto.
Kusdianto juga menjelaskan tentang tingginya biaya
promosi agar TV edukasi milik Kemendikbud dapat lebih dikenal oleh masyarakat.
Untuk mendukung perkembangan pendidikan di Indonesia
melalui teknologi serta dapat sejalan dengan pemerintah, Quipper Indonesia
percaya bahwa
penggunaan layanan edukasi teknologi berbasis audio visual yang tepat guna,
dapat menunjang kegiatan belajar siswa, mempersiapkan menghadapi ujian dan juga
meningkatkan prestasi.
“Sehingga siswa-siswi
Indonesia dapat mengembangkan potensi mereka dan memiliki kepercayaan diri
untuk bersaing bukan hanya di tingkat nasional, namun juga di tingkat global,”
pungkasnya.
(TOP)