Moneter.id – Kementerian BUMN didesak untuk mencopot seluruh direksi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Pasalnya, kinerja perusahaan yang biasa disingkat Telkom itu terus jeblok.
Direktur Kajian BUMN Strategis Hendri Sastra mengatakan, Telkom yang kini dipimpin Alex Janangkih Sinaga terus mengalami kenaikan liabilitas (utang).
“Utang Telkom naik menjadi Rp 103,64 triliun pada 30 Juni 2018 dari periode 31 Desember 2017 sebesar Rp 86,35 triliun atau naik Rp 17,29 triliun,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Moneter.id, Rabu (26/9).
Menurut Hendri, kenaikan utang itu karena ketidakefisienan dalam pengelolaan utang. “Utang yang ada tidak memberikan nilai ekonomis serta tidak menambah aset yang ada.”
Dia menambahkan, aset Telkom hanya naik Rp 3,48 triliun dari periode 31 Desember 2017 sebesar Rp 198,48 triliun hanya menjadi Rp 201,96 triliun pada 30 Juni 2018.
“Semua direksi Telkom harus diganti kalau tidak ingin labanya turun terus dan uutang terus meningkat. Laba Telkom terus turun dengan alasan yang sangat tidak relevan dipengaruhi oleh beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi yang meningkat 23,37 persen year on year (yoy) menjadi Rp 10,24 triliun,” tegas dia.
Komentar Hendri, laba Telkom juga turun drastis dan tidak masuk akal pada kinerja semester I/2018. Perseroan mencatatkan penurunan laba sepanjang semester I/2018.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, laba Telkom turun 28,13 persen dari Rp 12,10 triliun pada semester I/2017 menjadi Rp 8,69 triliun pada semester I/2018.
“Padahal, seiring dengan pemerintah menggenjot peningkatang penetrasi internet pada industri telekomunikasi, seharusnya laba Telkom pada semester 1/2018 ikut naik, tapi ini malah turun hingga mencapai 28,13 persen,” ujar dia.
Turunnya laba Telkom, imbuh dia, dikarenakan direksi Telkom telah gagal melakukan efisiensi, sehingga perseroan mengalami kenaikan di sejumlah beban pada semester I/2018.
Beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi naik 18,87 persen menjadi Rp 21,88 triliun pada semester I/2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 18,40 triliun.
Kemudian, beban penyusutan dan amortisai naik menjadi Rp 10,33 triliun pada semester I/2018.
“Padahal Telkom itu adalah usaha yang berbasis teknologi tinggi harusnya bisa lebih efisien. Jadi patut diduga adanya praktik korupsi dan mark up belanja modal pada Telkom,” ungkap dia.
Reporter: Sam