Moneter.co.id – Menabung menjadi
hal yang sulit dilakukan oleh generasi millenials. Hal ini dikarenakan gaji yang
diterima setiap bulannya masih pas-pasan. Ditambah lagi kebutuhan memenuhi gaya
hidup supaya enggak ketinggalan zaman.
Tak heran bila riset yang dilakukan George Washington Global Financial
Literacy Excellence Center terhadap
5500 millenials menunjukkan bahwa hanya 24 persen yang mengerti prinsip dasar
keuangan.
“Literasi
keuangan memang tidak diajarkan di sekolah dan kampus jadi bukan bagian dari
pendidikan keseharian kita. Sehingga ketika kita memasuki fase mulai membayar
segala sesuatunya sendiri, kita tidak punya strategi yang tepat,” kata Alexa
von Tobel, pengarang buku Financially
Fearless.
Berdasarkan keterangan dari PT Bank
DBS Indonesia yang diterima, Jumat (12/8), berikut lima
kesalahan yang sering dilakukan generasi millennials dalam mengelola keuangan
dan bagaimana digibank bisa
menjadi solusinya:
1. Pengeluaran Berlebihan Untuk Biaya Sewa Tempat
Tinggal
Adanya alasan
efisiensi dan kenyamanan, membuat banyak millenials yang memilih tinggal
sendiri dekat area kantornya. Namun, menurut studi yang diterbitkan Personality and Social Psychology Bulletin,
kita cenderung melebih-lebihkan kebahagiaan yang kita dapat dari hal material.
Sehingga
mengeluarkan lebih dari 30% pendapatan untuk menyewa tempat tinggal adalah
suatu kesalahan yang seharusnya bisa dihindari.
Menurut Alexa
Von Tobel, uang sewa tempat tinggal, belanja kebutuhan sehari-hari, bayar
tagihan listrik, air dan transportasi harus masuk dalam 50% dari pendapatan.
Jadi kalau
kita tetap kekeuh memasukkan uang sewa apartemen atau kost sebesar, misalnya,
40% dari pendapatan, maka cari pos pengeluaran lain sejumlah 10% pendapatan
yang harus dihilangkan. Seperti gym
membership atau tv cable.
2. Tak Memiliki Dana Darurat
Dana darurat
adalah dana yang kita siapkan sebagai cadangan bila ada keperluan mendadak.
Seperti jatuh sakit, membantu orangtua atau perusahaan tempat bekerja tutup
beroperasi. Idealnya dana darurat merupakan 3-6 bulan biaya hidup yang
dibutuhkan. Biaya hidup dihitung dari rata-rata uang yang dibutuhkan untuk
keperluan makan, transportasi, belanja kebutuhan pokok, biaya sewa tempat
tinggal, bayar utang atau tagihan rutin.
Kita bisa
mencicil dana darurat tiap bulan melalui 20% dari pendapatan kita. Misal, kita
masukkan dalam pos Asuransi di digibank, yang
harus ditransfer ke rekening dana darurat tiap bulan.
3. Utang Kartu Kredit yang Berlebihan
Hampir semua
orang pada dasarnya memiliki utang. Tapi utang kartu kredit adalah yang paling
beracun karena tingginya bunga yang diberikan. Selain itu kalau kita sering
over limit atau tidak tepat waktu membayar kartu kredit maka ini menjadi
catatan yang kurang baik di masa depan bila ingin mengajukan kredit lain.
Rencana KPR kita bisa tidak disetujui dan permohonan pinjam modal wirausaha
mungkin gagal.
4. Hubungan Percintaan
Biaya gaya
hidup tidak cuma dihabiskan sendirian, saat menjalin hubungan cinta, kita juga
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi bila pasangan tidak memiliki
pendapatan sebesar kita. Namun kita harus waspada kalau ternyata setelah
bersama sekian lama, tidak ada perkembangan signifikan dari pendapatannya. Kita
terus yang mengeluarkan uang demi kepentingan bersama.
5. Tidak Menabung Saat Masa Pensiun
Kita mungkin
berpikir masa pensiun masih dua puluhan tahun lagi, jadi buat apa menyisihkan
uang dari sekarang? Itu sebuah kesalahan besar. Justru kita harus mulai
menyisihkan uang saat usia 25 tahun sehingga saat berumur 60 tahun kita sudah
memiliki uang pensiun dua kali lipat lebih banyak dari mereka yang baru mulai
menyisihkan uang pensiun di usia 35 tahun.
Leonardo Koesmanto Head of Digital
Banking Bank DBS Indonesia mengatakan
bahwa kesalahan para minenial dalam pengelolaan keuangan dapat dimaklumi karena
hal ini bukan sesuatu yang mudah bagi mereka karena laporan lengkap transaksi
rekening harus diakses melalui desktop atau cetak buku tabungan.
“Bagi para
millenials yang biasa melakukan segala sesuatu melalui ponsel, hal ini menjadi
sangat menganggu. Tapi semua itu bisa diatasi dengan hadirnya cara baru
beraktivitas perbankan berbasis digital seperti spending tracker berbasis virtual
assistant dengan artificial
intelligent bisa menjadi pilihan terbaik
bagi para milenial dalam melakukan kegiatan perbankan,” tambah Leo.
(TOP)